Wawancara Soe Tjen Marching: ‘Papaku PKI atau Bukan, Tak Masalah Bagiku’ – mojok.co
Soe Tjen Marching mengisahkan pengalaman sebagai putri dari ayah yang tercatat sebagai pengurus PKI. Baginya itu bukan masalah besar.
petikan bab buku bisa diunduh
The Mutation of Fear The Legacy of the Long-Dead Dictator (Bab Pendahuluan)
tinjauan buku
Review: Ending the silence – JOOST COTE
End of Silence: the 1965 Genocide in Indonesia – Asia Pacific Focus Review 2017.
The End of Silence (Review) by Clemens Six
Indonesia: A Nation’s Silent Slaughter
The Indonesian genocide of 1965 has been smothered in silence for half a century.
Christopher Hale | Published in History Today Volume 67 Issue 12 December 2017
Webinar – Gestok dan Manipulasi Orba
Seri Kompilasi Kajian Ilmiah Genosida 1965-1966
Asvi Warman Adam,Baskara T. Wardaya, Ariel Heryanto,Robert Cribb, Annie Pohlman, John Roosa, Saksia Wieringa, Katharine McGregor, Peter Dale Scott, Benedict Anderson, Vannessa Hearman, Jess Melvin, Noam Chomsky, Bradley Simpson, Geoffrey Robinson, Greg Poulgrain, Alex de Jong, Andre Vltchek, Taomo Zhou , Soe Tjen Marching, Peter Kasenda, Aiko Kurasawa,Vijay Prashad,, Akihisa Matsuno , Ruth Indiah Rahayu, Nathaniel Mehr, Adam Hughes Henry , Henri Chambert-Loir, Wim F.Wertheim, Steven Farram, Sri Lestari Wahyuningroem , Joss Wibisono, Leslie Dwyer – Degung Santikarma, Vincent Bevins,Wijaya Herlambang, Budiawan, Ong Hok Ham, Rex Mortimer, Olle Törnquist, Max Lane, Hilmar Farid , Michael G. Vann , Gerry van Klinken, Grace Leksana, Ken Setiawan, Ayu Ratih, Yosef Djakababa, Aan Anshori, Muhammad Al-Fayyadl, Roy Murtadho, Deirdre Griswold , David T. Hill, Yoseph Yapi Taum, Aboeprijadi Santoso, Adrian Vickers, John Gittings, Jemma Purdey, Henk Schulte Nordholt, Martijn Eickhoff, Made Surpriatma, Dahlia Gratia Setiyawan, Uğur Ümit Üngör, Manunggal Kusuma Wardaya, Gloria Truly Estrelita, Wulan Dirgantoro, Kar Yen Leong, Wulan Dirgantoro, Muhidin M. Dahlan, Dhianita Kusuma Pertiwi, Elsa Clavé, Justin L. Wejak, Douglas Kammen, Martin Suryajaya, Chris Wibisana, Satriono Priyo Utomo
Artikel / Article
Tentang Siksa, Tentaradan Agama: Kisah Hidup Antonius Pudji Rahardjo dari Koblen sampai Buru
Oei Hiem Hwie: Editor Pramoedya di Buru
Saying Sorry for the 1965 Genocide: Why is it Such a Burden for Indonesia?
No Real Reconciliation or Peace without Truth of 1965
(A shorter version has been published by the Jakarta Globe, on 8 June 2015) Luhut’s Bluster About 1965 Must Stop
Kalau PKI Tidak Diberantas, Kitalah yang Binasa? (DW 2015)
Berbagai argumenmembenarkan pembunuhan serta kekejaman terhadap mereka yang dituduh PKI pada 1965-67.
english version
THE 1965 “MURDER OR BEMURDERED” FALLACY
Palu Arit: Penampakanyang Menghantui Indonesia (dw. 2015)
Pengacara FPI Pongky Yoga Wiguna menyatakan: “Salah satu alasan mengapa hal ini melanggar hukum adalah karena kaum komunis tidak mengakui Tuhan.”
The Spectre of Hammer and Sickle
(by Soe Tjen Marching. Published by The Jakarta Globe, 4 September 2015).
Piye Le Enak Zamanku? Saat Rakyat Rindu Penjajah
Film PengkhianatanG30S/PKI: Pengkhianatan Kemanusiaan
(Versi yang lebih singkat sudah dimuat dalam bahasa Inggris
di The Jakarta Post, 11 Oktober 2017)
The Indonesian Independence Celebration amidst Persisting Oppressions of 1965 Victims? (2015)
Tinjauan Film (Film Review)
english version
The Banality of Mass Murder: The Act of Killing
(Published in The Jakarta Globe)
The Act of Killing: Melawan Kebungkaman
Wawancara / Interview
The Activist Shining aLight on the Women Prisoners of the Indonesian Massacres (broadly. 2016)
In the most recent issueof Soe Tjen Marching’s politics and culture magazine “Bhinneka,” the academic and writer speaks to several “ex-women prisoners”—survivors of Indonesia’s horrific anti-communist purge in the late 60s—about what they saw in…
Interview with anactivist: Soe Tjen Marching (Inside Indonesia 2016)
Soe Tjen Marching speaks with Jemma Purdey about her activism seeking truth and reconciliation on 1965 and the deeply personal story that motivates it.
Wawancara dengan SoeTjen: Meninjau Kembali Pembantaian 50 Tahun Lalu (dw 2015)
Tak ada yang memberitahu Soe Tjen tentang nasib ayahnya dan genosida anti-komunis. Sampai ia mendengar kisah itu dari ibunya, setelah ayahnya meninggal dan Suharto turun tahta.
Revisiting an Indonesian massacre 50 years on – Aria Danaparamita (Aljazeera 2015)
Anti-communist purges starting in 1965 killed 500,000 people – and now survivors are challenging the official narrative. Don’t Make Sarwo Edhie a Hero6.894 pendukungInisiator : Soe Tjen Marching
penolakan gelar pahlawan untuk Sarwo EdhiePetisi tolak Sarwo Edhie jadipahlawan kembali diluncurkan – rapplerMertua Jadi Pahlawan, Luka LamaTerbuka Kembali, Jendral! – kbr.idHarus ada bukti Sarwo Edhiepantas jadi PahlawanPetisi Tolak Sarwo Edhi JadiPahlawan Kembali Muncul – pedomanbengkuluSoe Tjen Marching: Jangan BiarkanSarwo Edhie Dijadikan Pahlawan oleh Menantunya Sendiri! – rmol.coPetisi Soe Tjen terkabul, Sarwo Edhie Gagal Jadi pahlawan nasional
simak 1600 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)
Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)