*Dalih Pembunuhan Massal* menegaskan hal yang sangat penting, bahwa G-30-S disalahtafsirkan secara sengaja, dipelintir dan dihadirkan kembali secara salah pula agar menjadi dalih untuk melancarkan operasi pembasmian yang menjadi salah satu kengerian terbesar dalam sejarah modern dunia.
Dalam seluruh sejarah Repubik Indonesia, sulit menemukan kabar bohong, bualan, atau hoax yang lebih dahsyat dan merusak ketimbang cerita tentang “G-30-S/PKI”. Dahsyat tingkat kebohongannya, dahsyat skala atau lingkup korbannya hingga beberapa keturunan. Inilah hoax yang diproduksi dan disebarkan besar-besaran selama lebih dari tiga generasi oleh negara sejak 1966
Orde Baru Soeharto dibangun dari hoax. Hari-hari awal pasca-G30S adalah periode krusial hoax sejarah diciptakan. Pada periode krusial itulah narasi tentang para jenderal yang dimutilasi oleh Gerwani berkembang. Hasil visum dokter yang mengotopsi jenazah para jenderal yang dibuka kemudian membuktikan bahwa itu hoax.
Kenyataannya sebagian besar jenderal itu tewas ditembak sebelum dikubur di Lubang Buaya. Tapi, masyarakat saat itu terlanjur termakan hoax yang diciptakan klik Soeharto. Menurut peneliti senior Lembaga Studi Pers dan Pembangunan Ignatius Haryanto, surat kabar menjadi media utama tersebarnya hoax itu. Selama 1-6 Oktober 1965 Angkatan Darat melarang penerbitan semua surat kabar, kecuali Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha. Keduanya lalu memonopoli pemberitaan terkait G30S.
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)
Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)