simak juga
Pada episode ketiga, korban mulai bersuara setelah Soeharto berhenti sebagai presiden tahun 1998. Tahun 2008 sudah muncul narasi baru yang utuh mengenai Gerakan 30 September (G30S), seperti ditulis John Roosa yang menjadi tonggak keempat. Episode kelima ditandai dengan pemutaran film Jagal (2012) dan Senyap (2014), yakni ketika para pelaku mulai berterus terang.
(Asvi Warman Adam dalam 50 Tahun Studi G30S 1965)
Lima Versi Pelaku Peristiwa G30S – Randy Wirayudha Historia.id
Banyak penelitian yang mengungkap bahwa pelaku peristiwa G30S tidak tunggal sebagaimana versi Orde Baru yang menyebut PKI sebagai satu-satunya dalang di balik peristiwa berdarah itu.
Versi yang dimaksud di dalam artikel Lima Versi Pelaku Peristiwa G30S adalah versi yang menyebutkan PKI sebagai dalang, lalu Soekarno, Suharto, CIA dan sebagai Konflik Internal Angkatan Darat. Budiawan seorang sejarawan melakukan kritik atas berbagai pandangan tersebut. Menurutnya banyak penyelidikan sebelumnya “yang dengan sepotong data langsung membangun kesimpulan sehingga penyelidikan selanjutnya tak lebih dari upaya pembuktian kesimpulan itu. Karena beragam peneliti menggenggam beragam potongan data, maka hasilnya adalah munculnya beragam versi”
Bersimpangan dengan itu menurut Budiawan dalam bukunya Dalih Pembunuhan Masssal : G 30 S dan Kudeta Suharto John Roosa melakukan kajian yang lebih utuh dan komprehensif. Sementara itu Asvi Warman Adam selain memiliki pandangan yang sejalan dengan Budiawan juga meletakkan nilai penting kajian John Rossa sebagai tonggak keempat dari perkembangan Studi G30S 1965. Simak juga sambutan Harorld Crouch berikut ini :
Buku John Roosa yang menggugah dan berdasar pada penelitian menyeluruh menyajikan bukti padu untuk mendukung interpretasi-intepretasi yang sebelumnya didasarkan hanya pada spekulasi. Buku ini merupakan sumbangan yang penting bagi kepustakaan tentang udeta di Indonesia
Tentang Tinjauan Umum atas metode penyelidikan/kajian John Rossa dan Temuan John Rossa yang ditulis oleh Budiawan bisa disimak di
Menyingkap Misteri, Membangun Empati: G30S sebagai Dalih Pembantaian Massal 1965-66
berikut petikan 4 paragraf dari artikel Budiawan :
Pertanyaan siapa dalang G30S mengasumsikan bahwa G30S merupakan sebuah gerakan yang terorganisasi secara rapi, dengan struktur hierarkhi wewenang dan pembagian tugas yang jelas, serta ada pucuk pimpinan tunggal. Menurut Roosa, asumsi ini keliru karena G30S kenyataannya jauh dari gambaran seperti itu. Sebagai sebuah operasi militer rahasia yang melibatkan beberapa pimpinan teras PKI, G30S merupakan sebuah gerakan yang kompleks, ruwet, dan tak jelas struktur organisasinya maupun koordinasi pelaksanaannya. Tak ada garis komando yang jelas siapa memerintahkan siapa untuk tugas apa, karena setiap orang yang terlibat di dalamnya tidak pernah saling bertemu dan berhubungan secara langsung.
Sjam Kamaruzaman, yang oleh sejumlah pengamat dicurigai sebagai agen ganda, adalah ketua Biro Chusus PKI yang menjadi perantara antara ketua CC-PKI D.N. Aidit dan sekelompok “perwira progresif” (Letkol Untung Sjamsuri cs.) yang tergabung dalam G30S. Tetapi, tidak jelas apakah Aidit sebagai pengendali G30S, ataukah sekedar diseret kedalamnya karena adanya kesamaan kepentingan dengan para “perwira progresif” itu, yaitu memereteli kekuasaan sekelompok perwira kanan (A.H. Nasution cs.) – yang menurut rumor yang ada bergabung ke dalam “Dewan Jenderal” yang diyakini hendak mengambil-alih kekuasaan Sukarno – melalui tangan Sukarno. Ide menculik Nasution cs. dan menghadapkan mereka kepada Sukarno, dengan demikian, diyakini sebagai cara yang efisien dan terhormat untuk melumpuhkan pengaruh para perwira kanan dalam perpolitikan nasional.
Tetapi, sebagaimana diketahui, skenario itu gagal total karena buruknya koordinasi di lapangan dan rendahnya kompetensi para prajurit pelaksana operasi itu. Hal ini menyebabkan Sukarno tidak mendukung, tetapi juga tidak mengecam G30S. Yang jelas, hanya dua hari setelah kejadian itu Sukarno memerintahkan Untung cs. untuk membubarkan G30S. Untung pun mematuhinya. Tetapi Aidit, yang sudah lari menyembunyikan diri di Jawa Tengah, ingin gerakan itu diteruskan sambil berharap ada dukungan Sukarno. Anehnya, ia sama sekali tidak menggunakan organ-organ PKI untuk melanjutkan gerakan. Ia hanya pasif menunggu dukungan Sukarno, tidak tahu bahwa Sukarno telah memerintahkan pembubaran G30S. (Kejadian selanjutnya adalah serangan balik Suharto, yang sudah mengetahui sebelumnya tentang akan adanya aksi G30S itu berkat pemberitahuan Latief. Serangan balik ini hanya awal dari pengejaran, pembantaian, dan penahanan massal terhadap siapa saja yang dianggap punya kaitan dengan PKI atau ormas-ormasnya. Meskipun demikian, tidak masuk akal dan juga tidak ada bukti yang memadai untuk mengatakan Suharto dalang G30S).
Tampak bahwa alih-alih berusaha menemukan dalang, Roosa berupaya mencari tahu “apa yang paling mungkin terjadi dengan G30S”. Meskipun tidak berakhir dengan kepastian, karena penulisan sejarah yang penuh kepastian justeru mengundang kecurigaan, buku ini sekurang-kurangnya telah menyibak sebagian misteri di seputar peristiwa 30 September 1965.
unduh Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto – John Roosa
secara khusus pada bab 2 John Roosa membahas dan mengurai kehganjilan-keganjilan pada berbagai versi/tesis tentang G30S yang sudah berkembang sebelumnya termasuk versi yang terus menerus dipropagandakan oleh militer terutama AD.

wawancara indoprogress
Referensi terkait :
Asvi Warman Adam
(artikel ilmiah di Journal Arcipel Paris)
(versi PKI sebagai dalang adalah versi militer Indonesia sejak hari-hari pertama Oktober 1965 hingga sekarang)
Menggeledah Dua Kitab Resmi Pengkhianatan PKI – Muhidin M Dahlan

melengkapi tinjauan Muhidin M Dahlan simak
ebook MENGADILI KORBAN : PRAKTEK PEMBENARAN TERHADAP KEKERASAN NEGARA – Samuel Gultom *Pengadilan Kasus G 30 S Prototipe Praktek Pembenaran hal 34-40
(versi Suharto dan para Jenderal AD sebagai dalang)
SEJARAH TAHUN 1965 YANG TERSEMBUNYI – W.F. WERTHEIM
Whose plot?-New light on the 1965 events , Indonesia before and after the Untung Coup; Suharto en de Untung Coup – The Missing Link
Wertheim, W. Suharto and the Latief trial: A painful revelation Tapol Bulletin No. 29 August 1979 (hal 6-7)
(versi Konflik Internal AD)
A PRELIMENARY ANALYSIS OF THE OCTOBER 1, 1965 COUP IN INDONESIA – BENEDICT ANDREASON AND RUTH MC VEY
(versi sebagai tindakan para perwira yang tidak puas dengan PKI memainkan peran pendukung yang kuat)
Army and Politics in Indonesia(1978) – Harold Crouch. Buku ini sudah sudah diterjemahkan ke dalam bahas Indonesia dengan judul Militer dan Politik di Indonesia.
ANOTHER LOOK AT THE INDONESIAN “COUP” Harold Crouch (article))
ARMY AND POLITICS IN INDONESIA – HAROLD CROUCH
Buku John Roosa yang menggugah dan berdasar pada penelitian menyeluruh menyajikan bukti padu untuk mendukung interpretasi-intepretasi yang sebelumnya didasarkan hanya pada spekulasi. Buku ini merupakan sumbangan yang penting bagi kepustakaan tentang udeta di Indonesia
(sambutan Harorld Crouch untuk buku Dalih Pembunuhan Massal)
simak pula
info grafis bersumber dari presentasi Jess Melvin “The Army and the Indonesian Genocide : Major Findings and New Directions”
1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)