‘Perintis Gereja Katolik’ di Kamp Pengasingan Pulau Buru

Pada 1973, Romo Ruffing mulai berkarya di Pulau Buru. Kehadiran Romo Ruffing diterima dengan baik oleh para aparat keamanan yang bertugas di Pulau Buru. Tetapi tumpukan masalah antara Romo Ruffing dengan para aparat membuat ia diusir pada 1976.

Romo Ruffing lantas mencari tahu, barangkali ada pastor Yesuit lain yang mau menggantikannya di Pulau Buru. Upaya Romo Ruffing berhasil ketika ia bertemu dengan Romo Alexander Dirdjasoesanta SJ. Saat itu, awal 1977, Romo Alex baru saja pulang dari India mengikuti kursus Maxi (meditasi) Sadhana dari Pastor Anthony de Mello SJ. Romo Alex dengan gembira menerima tawaran Romo Ruffing. Tahun itu juga ia berangkat ke Pulau Buru.

selengkapnya Pembaptisan Ala Sungai Jordan di Pulau Buru -majalahhidup

“Ini Santo Paulus di Atas Bukit Karang, kudirikan gerejaku,” kata Romo Alexander Dirdjosusanto bangga. Sebuah gereja Katolik yang layak bagi para tahanan politik (tapol) akhirnya berhasil didirikan di Unit III kamp pembuangan Pulau Buru pada 1976.

Pendirian gereja itu bermula dari ide Lukas Tumiso, tapol asal Surabaya yang hendak membangun gereja di Unit III. Namun karena keterbatasan bahan bangunan, ia menggunakan sebuah bangunan bekas kandang ayam. Setelah dibersihkan dari gurem dan sedikit perbaikan, gereja sederhana itu bisa mengadakan kegiatan-kegiatan agama Katolik. dipetik Dari Gereja Kandang Ayam ke Namlea

selengkapnya Dari Gereja Kandang Ayam ke Namlea – Historia

Setahun di Pulau Buru, Joseph (Tapol Joseph Slamet Riadie) mendapat tugas menjadi petugas Urusan Agama (Uragam) Katolik. “Ini disebut juga diakon awam. Rekomendasinya dari Uskup Amboina Mgr Andreas P. C. Sol MSC. Masing-masing agama ada guru agamanya.”

Mgr Sol juga menunjuk Joseph untuk mengikuti bimbingan sebagai katekis di Paroki Bintang Laut Namlea selama tiga bulan. Setelah itu, ia diminta memberi pelajaran agama kepada penduduk setempat dengan bimbingan dua bruder Yesuit dan Romo Werner Ruffing SJ.

Selain itu, Joseph pun diminta memberi pelajaran agama kepada sesama tapol di bawah pengawasan Markas Komando (Mako). Ia memberikan renungan saat ibadat sabda dan memberikan komuni. Renungan itu harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pimpinan Komandan Militer. Ia bahkan pernah diminta memberi renungan di Gereja Bintang Laut Namlea.

“Berkat bimbingan dua bruder Yesuit dan Mgr Sol, saya bisa menjadi katekis. Bruder, Bapak Uskup memberikan penguatan kepada kami,” ujar laki-laki kelahiran Probolinggo, Jawa Timur, 19 Agustus 1932 ini.

selengkapnya Merekam Buru dalam Ingatan – hidupkatolik

Dari serangkaian penugasannya, Romo Alex sangat terkesan ketika selama 5 tahun (1977-1982) ditugaskan di Inrehab Pulau Buru. Dia ditugaskan menangani tapol yang ditahan  di Pulau Buru, khusus untuk memberikan pelayanan rohani bagi yang beragama Katolik. Jumlahnya kecil. Dari sekitar 17.000 penghuni, awalnya hanya 300 orang Katolik, tetapi kemudian berkembang menjadi 1.000 orang. Tugasnya hanya melayani yang Katolik, tidak ada maksud lain. Tetapi di luar kegiatan rohani, ia juga melayani semua penghuni.

selengkapnya Hari Ini 50 Tahun Imamat, di Pulau Buru, Romo Alex Pernah Dijuluki Dokter Mata -hidupkatolik

“Para biarawan dan biarawati yang tercatat dalam ingatan eks-Tahanan Politik melakukan pelayanan keagamaan dan kegiatankemanusiaan di Pulau Buru adalah Mgr. Andreas Sol MSC, Romo Roovink, Romo Mangunwijaya, Suster Cecilia, dan Suster Fransisca”.

dari artikel Ketegangan Antara Lembaga Keagamaan dan Praktik SosialStudi Kasus Hirarki Gereja dan Umat Katolik diYogyakarta dalam buku Suara dibalik Prahara

dokumentasi foto kini Gereja Bintang Laut Namlea 

simak pula

Gereja Katolik dalam Prahara 1965

Seorang perupa SBT kelahiran Pancur Batu Medan yg telah wafat (1932 – 2001) Puji Tarigan tampil di pameran Ultah ke-50 SBT 2011,dengan karyanya “Tragedi Nasional 1965” (oil on canvas,110×80 cm). Selaku seorang pelukis nasrani Puji Tarigan berimajinasi secara surealis lewat karyanya,bahwa tindak pelanggaran hak azasi manusia pada peristiwa ’65 demikian tragis dan mengenaskan. Dengan adanya genocide (pembantaian) diantara bangsa sendiri,tak luput dari kesaksian Yesus yg sedang terpaku di salibnya dengan sedih. Yang juga ia sebagai korban yg sama dari penganiayaan kejahatan manusia……….. (disalin dari MIsbach Tamrin}

simak pula

Kamp Perbudakan Pulau Buru : Nyanyi SunyiSeorang Bisu Buat Tanah Air Beta

Kamp Konsentrasi Tahanan Politik 65 – Pulau Buru [pameran dokumentasi foto online] #genosida65 #tragedi65  

Mars Nursmono : Sketsa-sketsa Kamp Konsentrasi Pulau Buru [pameranonline] l Genosida Politik 1965-1966

Gregorius Soeharsojo Goenito : Tiada Jalan Bertabur Bunga (MemoarPulau Buru dalam Sketsa) 

SILENCE AND ABSENCE [Sketsa-sketsa Adrianus Gumelar Demokrasno danGrafic Design Bunga Siahaan] l Genosida Politik 1965-1966 

simak 1800 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966

Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o
13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)

Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)

Tinggalkan komentar