[Situs Genosida] Menggoreng Kanigoro Affair Merayakan Teater Pembantaian di Alun-Alun Kediri l Genosida Politik 1965-1966

* Teater Pembantaian di Alun-Alun Kediri disalin dari judul artikel Muhidin M Dahlan
 

 

 

Arifin C. Noer dalam Pengkhianatan G 30 S/PKI memvisualkan “Teror Kanigoro” itu secara paripurna. Di sebuah masjid desa segerombol massa berzirah hitam-hitam memasuki masjid tanpa perlawanan. Menembaki jemaah yang salat. Arit berkelebat membabat kader-kader PII yang sedang khusyuk mendengarkan lantunan imam membaca surah-surah. Dengan arit juga, gerombolan itu memporak-porandakan kitab suci.

Narasi itu disodorkan secara tunggal tanpa interupsi dan pleidoi apa pun. Ia dijaga rapat oleh sepatu lars kekuasaan untuk pembentukan opini laten; bahwa PKI yang ateis mursal itu adalah seterkutuk-kutuknya kaum. Sudah tak bertuhan, bikin onar di mana-mana, melecehkan agama pula. Sempurna.

Politik Menggoreng Kanigoro

Kita tak pernah mendapatkan narasi lain atas Kanigoro.  aya berpikir ulang tentang “Peristiwa Kanigoro” ini setelah saya menemukan tiga kliping buram di Harian Rakjat edisi 11, 12, dan 13 Februari 1965. Semua kader PII nyaris tak pernah disodori narasi-narasi lain untuk mereka waspadai siapa sebetulnya yang menang besar dari propaganda Kanigoro ini.

Di kliping itu, dua hal yang langsung dibantah PKI atas apa yang disebut “penggeropjokan” Kanigoro. Pertama, “penggeropjokan” itu tak dilambari oleh semangat memusuhi agama Islam, tapi semata karena soal politik; bahwa “pada Maret 1964 jl. Partai NU Kras dalam statemennja telah melarang Samelan, bekas anggota partai terlarang [Masjumi] untuk melakukan pengadjian2”.

Oleh Pemuda Rakjat dan BTI, tokoh bernama Samelan itu ditengarai hadir. Sekaligus mereka saat itu meminta tanggung jawab panitia yang sebelumnya sudah berjanji tak menghadirkan Samelan.

Kedua, PKI mengeluarkan keterangan resmi bersama Front Nasional Jawa Timur di mana terdapat unsur NU dan Kepolisian di dalamnya bahwa tak ada “anggota PKI meng-indjak2 Al Qur’an”. Isu bahwa “dalam peristiwa Kanigoro telah di-indjak2 Kitab Sutji Al-Quran”, jawaban Front Nasional tegas: “itu tidak benar”. Itu kata Komandan Kodim dan sekaligus Ketua Front Nasional Cabang Kediri Mayor Mukadji.

selengkapnya

AGAR UMAT ISLAM TAK LAGIGALAK DENGAN KUMINIS –Muhidin M Dahlan (mojok.co)

simak juga

Kediri (Bag 1): KanigoroAffair – Muhidin M Dahlan

kami kutipkan diantaranya :

Dua kliping buram dari Harian Rakjat edisi 11 dan 13 Februari 1965 milik PKI itu, narasi lain tentang “Peristiwa Kanigoro” ditampilkan.

Baca kutipannya:

Team PB Front Nasional jang terdiri dari Major Said Pratalikusuma dan Hartojo dengan dibantu anggota pengurus daerah F.N. Djawa Timur ketika mengadakan penindjauan on the spot kedaerah Kanigoro, Kras, memperoleh tjukup bukti, bahwa antara BTI dan Pemuda Rakjat disatu pihak dan NU serta GP Ansor dilain pihak, tidak ada perasaan apa2 bertalian dengan terdjadinja peristiwa Kanigoro.

Dinjatakan oleh anggota team PB FN, bahwa peristiwa Kanigoro sudah dapat diatasi karena kesadaran dan kewaspadaan Rakjat untuk melawan setiap gerakan kontra-revolusi. Di Mental Training Kader PII di Kanogoro, Kras, di daerah Kediri pada waktu itu disinjalir adanja gerakan kontra-revolusi jang dilakukan anggota2 bekas partai terlarang. Major Said Pratalikusuma dalam pertemuan dengan para wartawan Surabaja mengemukakan setjara kronologis mengenai kedjadian2 sebelum dan sesudah terjadinja peristiwa Kanigoro dimana dinjatakan bahwa pada Maret 1964 jl. Partai NU Kras dalam statemennja telah melarang Samelan, bekas anggota partai terlarang [Masjumi] untuk melakukan pengadjian2. Pernjataan serupa telah dikeluarkan djuga oleh Panitia Mental Training Kader PII di Kras pada tgl. 12 Djan. jl. jaitu sehari sebelum terdjadinja penggropjokan.

Mengenai penggeropjokan jg dilakukan oleh anggota2 BTI dan Pemuda Rakjat itu ialah karena alasan2 tersebut diatas, jaitu di Mental Training PII di Kanigoro, Kras, terdapat unsur jang dapat membahajakan revolusi dan membahajakan persatuan nasional revolusioner berporoskan Nasakom….

Dalam memberikan keterangan kepada para wartawan itu Team PB FN djuga menjanggah pemberitaan sementara suratkabar jang menjatakan, bahwa dalam peristiwa Kanigoro telah di-indjak2 Kitab Sutji Al-Quran. Dengan tandas dikatakan ,,itu tidak benar”.
Harian Rakjat, 11 Februari 1965

* * *

Ada pula kampanje jang untuk waktu tjukup lama di-sebar2kan orang: ,,anggota PKI meng-indjak2 Al Qur’an”. Tema ini sadjapun sudah menundjukkan, bahwa maksud sipembuat kampanje adalah untuk memainkan sentimen2 rendah massa jang terbelakang.Sekarang tak kurang dari team FN [Front Nasional] dibawah pimpinan Major Said sendiri jang menjangkal kampanje itu. Tidak ada sama sekali kedjadian sematjam itu, malahan, jang ada adalah kongkalingkong kaum Masjumi untuk memetjahbelah FN, chususnja antara PKI dan NU.

Harian Rakjat, 13 Februari 1965

Berikut adalah satu laporan media Radar Kediri yang menurut kami telah mencoba untuk menuliskan secara lebih berimbang, sementara Muhidin M Dahlan mengambil posisi melakukan interupsi narasi ‘resmi’ militer (sang pemenang) dan pledoi (yang dikalahkan)

Kisah Tragedi Kanigoro, Kras (1) – Radar Kediri

Lompat Tembok Masjid,Lolos Kepungan PKI

Kisah Tragedi Kanigoro, Kras (2)

Kumpulkan Ansor, GusMaksum Bebaskan Anggota PII

Kisah Tragedi Kanigoro, Kras (3)

Dikepung tetapi Tak AdaYang Dikalungi Sabit

Kisah Tragedi Kanigoro, Kras (4)

Mengepung karena Terpicu Sindiran

Kisah Tragedi Kanigoro, Kras (5)

Dibawa ke Polsek sambilTerus Diintimidasi

Kisah Tragedi Kanigoro, Kras (6)

Menyerang PII untuk JajalKekuatan

Kisah Tragedi Kanigoro, Kras (7-Habis)

Bibi Sempat Beritahu Ada Pengepungan

Sejumlah perempuan jadi saksi mata peristiwa

Pembunuhan Massal 1965


sumber liputan khusus Majalah Tempo PENGAKUAN ALGOJO 65 

Wawancara : PipitRochijat tentang pembunuhan Massal 1965

*saksi mata pembunuhan massal di Kediri

Pipit Rochijat menulis kesaksian pribadi ketika peristiwa pembunuhan massal terjadi di Kediri melalui “Saya PKI Atau Bukan PKI?!“ dimuat dalam majalah „Gotong Royong,“ Maret 1984, yang diterbitkan oleh PPI Berlin, Jerman Barat. Dan kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Inggris lalu dimuat di majalah „Indonesia“ terbitan Cornell. Wawancara oleh redaksi kerja budaya berikut mencoba menggali lebih jauh kesaksian tersebut

AM I PKI OR NON-PKI? Pipit Rochijat

(Translated with an Afterword by Ben Anderson)

Saya PKI atau Bukan PKI? Pipit Rochijat

Kidung Sunyi 700 JiwaKorban Pembantaian 1965 Di Desa Mlancu – Kandangan – Kediri (Yunz MH)

 
 
(dokumen no 15)
 

 

simak pula

[unduh] The Indonesian Killings of 1965-1966: Studies from Java and Bali (1991) – Pembantaian Massal PKI di Jawa dan Bali 1965-1966 Editor Robert Cribb

Kajian Mark Winward (Disertasi 2019) Tentang Politisida (Genosida Politik) – Studi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat

Disertasi dan Kajian-kajian Ilmiah Genosida / Pembunuhan Massal 1965-1966 di Jawa Timur

Berapa Jumlah Korban Pembantaian Massal 1965-1966 di Jawa Timur dan Jawa Tengah? – Penelitian Terbaru Siddharth Chandra Berdasarkan Kajian Data Sensus Penduduk

 

simak serial lainnya  

Situs-situs Genosida Jawa – Bali 1965-1966 : Ziarah Dari Kota ke Kota, Desa ke Desa, Luweng ke Luweng, Kuburan Massal ke Kuburan Massal…..

Situs-situs Genosida 1965-1966 : Aceh, Sumut, Riau, Sumbar, Sumsel, Jakarta, Jateng, Jatim, Bali, Kalsel, Kaltim, Kalbar, NTT, Sulsel, Sulteng, Sultra….. ** 

Simak 1400 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966


Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

14542544_1036993449746974_4443364972569517121_o

Bookmark and Share

 

13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)
Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)
Bookmark and Share
 

Tinggalkan komentar