simak serial lainnya
Suasana Jakarta setelah kegagalan kudeta G 30 S, 3 Oktober 1965
Kantor Pusat CC PKI di Jakarta dibakar massa anti PKI demonstran tgl 29 okt 1965
Demonstrasi massa anti PKI 29 Otober 1965
Demonstran anti PKI merusak rumah pimpinan PKI diJakarta tgl 14 oktober 1965
Aparat keamanan menangkap para tersagnka anggota PKI di sekitar Jakarta akhir tahun 1965
Para terduga PKI dibawa ke LP Salemba. Oktober 1965
The New Rulers of the World 2001
simak sekitar menit 17 ketika John Pigler berada di sebuah kelas di sebuah sekolah di jakarta dimana terjadi penyergapan dan pembunuhan seorang kepala sekolah (guru)
“Roy took me back to his primary school where, for him, the nightmare of Suharto’s rule began. As we sat in an empty classroom, he recalled the day in October 1965 when he watched a gang burst in, drag the headmaster into the playground, and beat him to death. “He was a wonderful man: gentle and kind,” Roy said. “He would sing to the class, and read to me. He was the person that I, as a boy, looked up to . . . I can hear his screams now, but for a long time, years in fact, all I could remember was running from the classroom, and running and running through the streets, not stopping. When they found me that evening, I was dumbstruck. For a whole year I couldn’t speak.”
The headmaster was suspected of being a communist, and his murder that day was typical of the systematic executions of teachers, students, civil servants, peasant farmers. “In terms of the numbers killed,” reported the Central Intelligence Agency, “the massacres rank as one of the worst mass murders of the 20th century.” The historian Gabriel Kolko wrote that “the ‘final solution’ to the communist problem in Indonesia ranks as a crime of the same type as the Nazis perpetrated”. According to the Asia specialist Peter Dale Scott, western politicians, diplomats, journalists and scholars, some with prominent western
intelligence connections, propagated the myth that Suharto and the military had saved the nation’s honour from an attempted coup by the Indonesian communist party, the PKI. Until then, Sukarno had relied on the communists as a counterweight to the army. When six army generals were murdered on September 30, 1965, Suharto blamed the PKI. Since the dictator’s fall in 1998, witnesses have spoken for the first time and documents have come to light strongly suggesting that Suharto, who had military control of Jakarta, opportunistically exploited an internecine struggle within the army in order to seize power.
.
detil simak laporan khusus Tempo
PENGAKUAN ALGOJO 65
*tentang Operasi Kalong yang termuat di laporan khusus Tempo diatas simak juga kesaksian Martin Aleida.
“Kemudian 6 Oktober mereka mulai mengangkut RPKAD ke Jawa Tengah, mulai terjadi operasi penangkapan terhadap anggota-anggota SBKA melalui operasi sapu lidi. Artinya adalah operasi pembersihan terhadap penguasaan kereta-api oleh SBKA. Hampir sekitar 80.000 anggota SBKA yangditangkap pada bulan Oktober hingga November. Di Manggarai,penangkapan-penangkapan buruh kereta-api terjadi pada bulan yang sama. Mereka dikumpulkan oleh tim screening dari Komando Ketertiban dan Keamanan (Kopkamtib)di dua tempat. Tempat pertama adalah Bengkel Manggarai dan tempat llainnya kantor pusat SBKA yang terletak di Manggarai. Tim screening ini terdiri dari pejabat PNKA, wakil dari organisasi buruh dalam hal ini PBKA, wakil dari ABRI dan Kejaksaan. Hampir seluruh anggota cabang SBKA Manggarai dinyatakan terlibat gerakan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.”
“Pada masa G-30-S itu yang paling berat sekali dan itukan gini kereta-api harus jalan pegawai banyak yang ditangkapi, kan belum tentu seluruh buruh kereta -api masuk dalam G-30-S dan kalau mereka tetap ditahan, jadi kereta-apinya tidak jalan. Lalu saya mesti datangi, dan tau kalau saya yang datangi pasti ada yang dikeluarkan, saya dikiranya sebagai pendukung komunis. Oleh karena itu, saya kemudian minta dikawal oleh militer. Saya mendatangi penjara di Kroya dan Cilacap sebagai basis dari SBKA dan mungkin hampir pada 500 orang dapat saya lepas. Setelah itu saya juga ditunjuk untuk mendatangi penjara Tangerang dan berhasil melepaskan 120 orang SBKA Manggarai. Akhirnya tindakan ini dihentikan oleh tentara. Karena tentara sudah menuduh seluruh buruh adalah PKI. Dan saya, katakan siapa yang menjalankan kereta-api? Lalu saya dihadapkan pada pimpinan tentara di Kroya (saya lupa namanya). Ia katakan sudah tutup saja jalan-jalan kereta-api yang tidak penting.
Gedung Bekas Kantor PKITerbengkalai – Kompas TV
SEJARAH HITAM UNIVERSITAS TRISAKTI
simak juga
[Sidang Mahmilub G30S] Asvi : Jelas targetnya,melenyapkan mereka!* I Genosida Politik 1965-1966
dan situs-situs genosida lainnya
Simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966