periksa pula
selengkapnya cermati bagian C. Kekerasan: Membangun Rasa Takut Masyarakat Perkebunan (halaman263-270)
Akan tetapi mulai awal Oktober 1965, ibarat arus balik dengan gelombang yang dahsyat menghantam bibir pantai hingga memporak-porandakan daratan. Riak-riak revolusi yang dinyanyikan PKI dan onderbouw-nya saat aksi sepihak, tiba-tiba pada pertengahan Oktober 1965 berbalik, masyarakat Jember diorganisir oleh Banser dan Anshor menggelar apel akbar di alun-alun kota dengan inspektur upacara dari pihak Militer, yang menuntut pembubaran PKI.79 Tidak berhenti di apel akbar, massa apel akbar berpawai keliling di jalan-jalan protokol kota Jember sambil meneriakkan bubarkan PKI. Hingga akhirnya, sampai sekarang belum ada penjelasan yang memadai tentang siapa yang memulai, tiba-tiba berbagai gedung dan aset material milik PKI dan berbagai ormasnya diserang massa, dirusak dan dibakar.80 Sementara terdapat empat anggota DPRD Jember dari unsur PKI pada bulan Desember dipecat: (i) Ny. Soewarning, (ii) Soekardi Wirjosandjojo, (iii) Ny. Soeprapti Soendjoto, dan (iv) Djoko Soeroso.81
(halaman 267)
Pada tahun-tahun ini tanah perkebunan menjadi pemandangan yang mengerikan, bukan lagi tempat yang diperebutkan untuk ditata ulang struktur agrarianya. Pada tahun-tahun ini lahan-lahan perkebunan di berbagai daerah tersebut menjadi tempat penguburan orang-orang kiri.91 Setiap hari pada tahun tersebut, selepas maghrib wilayah perkebunan sangat mencekam. Tidak ada lagi kasakkusuk masyarakat perkebunan tentang penggarapan lahan-lahan perkebunan yang telah ditinggal pemilik erfpacht tersebut. Tidak ada lagi pendidikan-pendidikan politik tentang penataan ulang sumber-sumber agraria oleh Sarbupri. Kasak-kusuk dan obrolan pendidikan diganti oleh deru truk-truk milik PN Perkebunan yang mengangkut orang-orang yang di(ter)tuduh PKI. Mereka dikawal dengan pasukan Armed III Jember untuk dibawa ke pelosok-pelosok perkebunan.92
Setiap malam selepas sholat isya’, masyarakat perkebunan di Perkebunan Garahan (Kecamatan Silo) daerah perbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi, selalu terdengar suara desingan tembakan dan jeritan panjang yang memilukan dan menyayat hati.93 Begitu pula yang terjadi di beberapa perkebunan di bagian selatan, seperti Wonojati, Glantangan, Kali Sanen, dan Wonowori menjelang akhir tahun 65 dilakukan penyisiran untuk orang-orang yang memiliki afiliasi politik terhadap Sarbupri. Penyisiran itu dilakukan oleh pihak tentara94 yang bekerja sama dengan pihak keamanan perkebunan.95
(halaman 268-269)
***
These militia groups also gained experience in using violence prior to politicide. By 1963, the PKI sought to unilaterally implement the land reform acts by leading land seizures and occupations. In these unilateral actions (aksi sepihak) farmers associated with the BTI, alongside members of the PKI and the communist youth wing Pemuda Rakyat occupied the lands of large landholders whom they believed to be violating the terms of the 1960 sharecropping law. In East Java many of these landholding belonged to NU members or pesantren. By 1964, violence during aksi between NU and PKI supporters became frequent, as NU deployed Ansor youth and the Banser militia to disperse the occupations. The worst of this violence occurred in Kediri, Banyuwangi, Jember, and Jombang: all areas in which both the PKI and NU had high levels of support (Fealy and McGregor 2012:112). Due to their force and coordination advantages, NU was generally able to repel aksi. These physical clashes resulted in substantive injury, and at times loss of life.
dipetik dari
Security Entrenchment and the Dynamics of Politicide: Evidence from Indonesia by Mark Winward
Kajian Mark Winward (Disertasi 2019) Tentang Politisida (Genosida Politik) – Studi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat khususnya cermati Bad 6 Politice ini East Java
cermati pula
Chapter 7 ADDITIONAL DATA ON COUNTER-REVOLUTIONARY CRUELTY IN INDONESIA, ESPECIALLY IN EAST JAVA Anonymous dalam buku The Indonesian killings of1965-1966: studies from Java and Bali (1991) Edited Robert Cribb
Kesaksian Istri Penjagal (Orang) PKI – Persma Langka Awal ITS
Tempat-tempat Pembunuhan Massal di Jember – J Krisnadi
Untuk memahami latar politik, ekonomi, sosial kekerasan massal / pembunuhan massal 1965-1966 di Jember dan secara khusus dinamika dan ketegangan ‘Masyaraat Perkebunan Jember’ termasuk kiprah Sarpubri dan BTI untuk memperjuangkan kesejahteraan buruh dan tani dan memperjuangkan tatanan agraria yang berkeadilan cermati 2 karya ilmiah Tri Chandra Aprianto yakni karya tesis dan disertasinya (yang tersedia untuk publik ebooknya)
*dalam indeks Sarbupri 88 BTI 43
DEKOLONISASI PERKEBUNAN DI JEMBER TAHUN 1930an – 1960an [tesis] – Tri Chandra Aprianto
*dalam indeks Sarbupri 84 BTI 37
Disertasi dan Kajian-kajian Ilmiah Genosida / Pembunuhan Massal 1965-1966 di Jawa Timur
Simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)
Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)