simak pula
[Kompilasi] Tionghoa dan Sejarah Gelap Genosida 1965-1966
Nasibku masih beruntung, tak terlalu banyak dipukul. Wartawan dan mahasiswa yang dianggap kalangan intelektual, memang tidak terlalu disiksa. Yang jelas-jelas anggota PKI, siksaannya tiada ampun. Dipukul, bahkan dibunuh.
Aku kenal Pak Pram sejak menjadi wartawan. Ketika akhirnya kembali bertemu di Buru, aku tak langsung bertemu muka dengannya. Kami beda unit. Pak Pram di unit 3, aku di unit 4. Hubunganku dengan Pak Pram mulai dengan surat-menyurat. Kutitip pesan surat kepada tapol lain yang kebetulan akan ke unit 3.
Kami baru saling bertemu saat Pak Pram sudah dipindah ke Markas Komando (Mako) karena dinilai punya keterampilan. Tempatku kerja kebetulan dekat dengan Mako. Pak Pram bahkan pernah berkunjung ke barakku, meski sepulangnya dimarahi karena interaksi antartapol dilarang.
dipetik dari 38 Tahun Menjaga Kertas Semen Titipan Pramoedya – cnn indonesia
Oei Hiem Hwie: Editor Pramoedya di Buru – SOE TJEN MARCHING
Saya bertemu Oei Hiem Hwie pertama kali tahun 2005, karena mama saya sering berkunjung ke Perpustakaan Medayu Agung di Surabaya. Perpustakaan milik Oei itu sangat luar biasa koleksinya: dari buku-buku langka berbahasa Belanda, Inggris, Mandarin, serta koran-koran tua, sampai berbagai buku dan majalah kontemporer. Oei Hiem Hwie ternyata juga membantu Pramoedya menulis naskah Bumi Manusia di pulau Buru secara sembunyi-sembunyi, dengan berbagai risiko, dan juga mengeditnya. Inilah kisah Oei Hiem Hwie, yang sempat dipenjara oleh rezim Suharto selama hampir 13 tahun.
Dari Terompet Masyarakat ke Medayu Agung – Nani Susilo
Wartawan keturunan Tionghoa pada 1965, Oei Hiem Hwie, yang memilih jadi WNI, kemudian dituduh PKI dan dipenjara – bbc indonesia
Oei Hiem Hwie dan Medayu Agung: Merawat Kenangan, Membangun Sejarah – Kathleen Azali
Perpustakaan Medayu Agung dibentuk dari kenangan dan pengalaman pribadi sang pemilik, Oei Hiem Hwie, demi membangun sejarah yang lebih besar.
Oei Hiem Hwie, Sukarnois yang Terbuang dan Penyelundup Naskah Pramoedya Ananta Toer
Oei Hiem Hwie dan Medayu Agung: Merawat Kenangan, Membangun Sejarah – Eko Darmoko
Yang Tersisa dari Debu serta Tumpukan Buku Oei Hiem Hwie dan Perpustakaan Kecintaan – Reno Surya
MEMBACA “KUASA” TROMPET MASJARAKAT DI SURABAYA TAHUN 1947-1965 (Reading “The Power” of Trompet Masjarakat In Surabaya 1947-1965)
Frendy Wijanarko, Krisnadi., Sunarlan Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember (UNEJ)
Resensi Grace Leksana – Memoar Oei Hiem Hwie: Dari Pulau Buru Sampai Medayu Agung.
Resensi Buku : Memoar Dari Pulau Buru Sampai Medayu Agung
Makna Hidup Mantan Tahanan Politik Pulau Buru di Usia Lanjut (Skripsi Onie Herdysta – Program Studi Psikologi FISIP Univeristas Brawijaya)