Lagu tersebut diterjemahkan oleh Ki Hajar ketika menyambut perayaan Hari Buruh 1 Mei 1920. Dalam perayaan Hari Buruh Internasional 1 Mei 1920 di Semarang, lagu ini dinyanyikan dalam arak‐arakan yang diikuti dengan pengibaran bendera merah. Menurut catatan Soe Hok Gie dalam Di Bawah Lentera Merah (1999), lagu tersebut liriknya dimuat di koran Sinar Hindia (05/05/1920). Menurut Soe Hok Gie, kala itu Soewardi (belum pakai nama Ki Hajar Dewantara) masih berusia 31 tahun.
dipetik dari Sejarah Hari Buruh di Zaman Kolonial – tirto.id
Inilah Saduran “L’Internationale” di Indonesia – Syarif Arifin (majalahsedane)
Saduran L’Internationale dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia oleh Soewardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Dimuat di Sinar Hindia, Nomor 87, Hari Rebo, 5 Mei 1920 Tahoen ke-21. ( Koleksi Foto @BertoTukan)
L’INTERNATIONALE VERSI SUWARDI SURYANINGRAT PERSPEKTIF MUSIKOLOGI TAHUN AJARAN 2015/2016 Budi Prihartanto , Y Edhi Susilo.
Alumni Jurusan Musik FSP ISI Yogyakarta Staff Pengajar Jurusan Musik FSP ISI Yogyakarta
“Als ik eens Nederlander was”
Hari ini, 23 djuli 2020, 107 tahun lalu terbit artikel “Als ik eens Nederlander was” dalam harian »de Expres« di Bandoeng. Itulah artikel jang ditulis oleh R. M. Soewardi Suryaningrat dengan sangat sinis-ironis, sebuah gaja menulis baru dalam dunia pers Hindia Belanda. Dalam artikel penuh edjekan itu Soewardi menampik rentjana penguasa kolonial untuk menjelenggarakan pesta seabad kemerdekaan Belanda dari pendudukan Napoléon-Prantjis.
Soewardi antara lain menulis “We jubelen thans omdat we honderd jaren geleden verlost werden van een vreemde heerschappij; en dit alles zal nu plaats hebben ten aanschouwe van hen, die nu nog steeds onder onze heerschappij staan. Zouden wij niet denken, dat die armen geknechte ook niet snakten naar het ogenblik, dat ze evenals wij nu, eenmaal zulke feesten zouden kunnen vieren?”
Kira2 berarti: “Kita sekarang bersorak-sorai karena seabad silam kita bebas dari pendudukan asing; dan ini semua berlangsung di hadapan mereka jang masih berada dalam kekuasaan kita. Bukankah kita seharusnja berpikir bahwa orang2 malang jang tertindas ini tidak, seperti kita, merindukan saat2 untuk berpesta pora seperti kita?”
Karena artikel sinis ini, Soewardi achirnja didjatuhi hukuman pengasingan oleh gubernur djenderal Idenburg. Dia menggunakan exorbitante rechten (hak2 luar biasa) untuk mengasingkan orang ke tempat jang ditentukannja. Bagi Soewardi ditundjuk pulau Bangka. Tapi pangeran Pakualaman ini memilih Belanda, jang berarti dia harus membajar sendiri perdjalanan dan biaja hidup di Belanda.
Berikut pelbagai dokumen tentang pengasingan dan kehidupan Soewardi di Belanda. Dimulai dengan artikel jang terbit di koran de Expres, kemudian surat keputusan gubernur djenderal Idenburg untuk mengasingkan Soewardi ke Bangka, dan pelbagai dokumen lain jang relevan.
(selengkapnya kunjungi facebook Joss Wibisono)
“Noto Soeroto dan Soewardi Suryaningrat: paralel dua saudara sepupu” Oleh Joss Wibisono
Soewardi Soerjaningrat: Kalau Saya Seorang Belanda (Als ik eens Nederlander was)
– berdikarionline
26 April 1959
Andai Ki Hadjar Seorang Belanda: Sejarah Radikal Begawan Pendidikan – tirto.id
simak selengkapnya di
Kompilasi Karya Tulis Ki Hadjar Dewantoro
Pameran Kolonial yang Ditentang Ki Hadjar Dewantara – tirto.id
******
[unduh] Indeks beranotasi karya Ki Hadjar Dewantara
Kompilasi Karya Tulis Ki Hadjar Dewantoro
Film Dokumenter Ki Hadjar Dewantara
simak pula