Film Acung Memilih Bersuara, berusaha membuka dialog-dialog babak-babak yang dikuburkan dalam sejarah kita. Lahir di Pasuruan, Acung tidak pernah terpikir untuk menjadi seorang aktivis. Namun, ia tumbuh menyaksikan kebencian yang terus diterima oleh keturunan etnis Tionghoa. Pada akhirnya, ia memilih untuk tidak diam walau harga yang dibayar adalah kebebasannya.
Acung Memilih Bersuara bukan semata-mata tentang Acung seorang. Ia memilih bersuara karena apa yang disaksikannya seiring ia tumbuh: kebencian yang terus diterima oleh banyaknya keturunan etnis Tionghoa. Kisah ini diangkat untuk satu generasi yang hingga kini masih terdampak karena ketidakadilan yang dialami generasi pendahulu puluhan tahun yang lalu.
Sebagai bagian dari program dampak BURIED CHAPTERS, film Acung Memilih Bersuara merupakan film kedua dari serial film dokumenter pendek yang bercerita tentang trauma, tragedi, dan sejarah yang selama ini hilang dan tenggelam.
ACUNG MEMILIH BERSUARA diproduksi oleh: Sutradara: Amelia Hapsari Produser: Nick Calpakdjian, Mark Olsen Art Director: Alam Taslim Animation Director: Astu Prasidya Sound Design: Pandu Prasasya & Krido Tido Composer: Sambung Penumbra Sound Mix: Pahlevi Indra C. Santoso Rumah Produksi: Talamedia dan Two Islands Digital, dengan dukungan dari Yayasan Kurawal
disalin dari Buried Chapters
simak selengkapnya Buried Chapters atau Babak-Babak Yang Dikuburkan – Sebuah rekonstruksi atas sejarah-sejarah kelam di Indonesia khususnya peristiwa ‘1965’ dan ‘1998’
[Kompilasi] Tionghoa dan Sejarah Gelap Genosida 1965-1966.
[Kompilasi] Tionghoa dan Sejarah Gelap Genosida 1965-1966.
simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)


Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)