“Kepala kakek saya diarak di Takengon”: Kisah kekerasan 1965 di Aceh – BBC News Indonesia
Kesaksian Ibrahim Kadir Penyair Didong Tanah Gayo Tentang Pembunuhan Massal 1965-1966 (*Penyair Didong Yang Menjadi Sumber Inspirasi Film Puisi Tak Terkuburkan – Garin Nugroho)
Kesaksian Ibrahim Kadir Penyair Didong Tanah Gayo Tentang Pembunuhan Massal 1965-1966 (*Penyair Didong Yang Menjadi Sumber Inspirasi Film Puisi Tak Terkuburkan – Garin Nugroho)
Tilok Wan Opoh Kerong, Biang Pembantaian Salah Tangan Di Gayo
*) Mustawalad adalah kontributor Pantau Aceh Feature Service. Dia menjabat Kepala Bidang Internal Kontras (Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan) Aceh. Tulisan ini telah diterbitkan di Majalah Pantau.
Peristiwa-peristiwa pembantaian itu dia catat dan dicurahkannya dalam syair. Salah satunya, syair yang berjudul Ratapan.
Bintang bulan cengang menjerit
Memandang tubuh yang terpaku
Ibarat patung tak berkutik
Risau rindu tak berulang
Tahun 2000, syair-syair Sebuku yang menyelamatkan Kadir menjadi ide cerita film Puisi Tak Terkuburkan. Film itu digarap sutradara Garin Nugroho. Di situ, Kadir berperan sebagai pemeran utama. Tahun 2001, Kadir meraih penghargaan sebagai pemeran pria terbaik dalam Festival Film Internasional Singapore. Lewat film itu, masa kelam di dataran Gayo pelan-pelan diketahui orang banyak.
SEJARAH KELAM PKI DI TANAH ATJEH
Tahun 1965 ribuan Orang Dibantai di Gayo, Negara Mestinya Minta Ma’af – lintasgayo.com
Selama 10 Hari di Tahun 1965, Diduga PKI Sekitar 2500 Orang Dibantai di Gayo – lintasgayo.com
Pembantaian Salah Tangan di Gayo – modusaceh.co
simak pula
Tinjauan/Liputan Media (Resensi) The Army and the Indonesian Genocide Mechanics of Mass Murder – Jess Melvin (Indonesia -Inggris) (studi kasus Aceh)
[Situs Genosida] Puisi Senyap, Pilu,Genosida di Tanah Atjeh/Aceh 1965-1966
Simak 1500 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)


Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)