‘Sastra Eksil’ : Esai Sejarah dan Politik ‘Dari Yang Berlawan’ – Imam Soedjono, ‘Tragedi Manusia dan Kemanusiaan’ – M.R. Siregar Hingga ‘Akar dan Dalang’ – Suar Soroso

‘Sastra Eksil’ : Dari Yang Berlawan : Membongkar Tabir Pemalsuan Sejarah PKI (Imam Soedjono); Tragedi Manusia dan Kemanusiaan: Holokaus Terbesar Setelah Nazi (M.R. Siregar) Hingga Akar dan Dalang: Pembantaian Manusia tak Berdosa dan Penggulingan Bung Karno (Suar Suroso)

The essays (the first category above) are historical, political and sociological. Most aim at presenting a version of history and a historical attitude different from those of the New Order : notably the monumental works by M.R. Siregar, Imam Soedjono and Suar Suroso on the history of the PKI……,

[Esai (kategori pertama di atas) adalah sejarah, politik dan sosiologis. Sebagian besar bertujuan menghadirkan versi sejarah dan sikap historis yang berbeda dengan Orde Baru: terutama karya-karya monumental M.R. Siregar, Imam Soedjono dan Suar Suroso tentang sejarah PKI……,]

dipetik dari Locked Out: Literature of the Indonesian Exiles Post-1965 – Henri Chambert-Loir

Soedjono, Imam. 2006. Yang Berlawan : Membongkar Tabir Pemalsuan Sejarah PKI. Yogyakarta : Resist Book, 2006.

Siregar, M. R. 2007. Tragedi Manusia dan Kemanusiaan: Holokaus Terbesar Setelah Nazi. Yogyakarta: Resist Book

Suroso, Suar. 2013. Akar dan Dalang: Pembantaian Manusia tak Berdosa dan Penggulingan Bung Karno. Bandung: Ultimus,

karya-karya Suar Soroso lainnya

Suroso, Suar. 2001. Asal-Usul Teori Sosialisme, Marxisme sampai Komune Paris. Jakarta: Pustaka Pena. 

Suroso, Suar. 2001. Bung Karno, Marxisme dan Pancasila. Jakarta: Pustaka Pena. 

Suroso, Suar. 2007. Bung Karno Korban Perang Dingin. Jakarta: Hasta Mitra. 

Suroso, Suar. 2009. Marxisme Sebuah Kajian: Dinyatakan Punah, Ternyata Kiprah. Jakarta: Hasta Mitra

Suroso, Suar. 2010. Peristiwa Madiun: Realisasi Doktrin Truman di Asia. Jakarta: Hasta Mitra

Suroso, Suar. 2013. Akar dan Dalang: Pembantaian Manusia tak Berdosa dan Penggulingan Bung Karno. Bandung: Ultimus

Suroso, Suar. 2015. Pikir itu Pelita Hati: Ilmu Berpikir Mengubah Dunia: Dari Marxisme sampai Teori Deng Xiaoping. Bandung: Ultimus

sumber Bibliography of Exile Literature (Sastra Eksil) – Henri Chambert-Loir

Semenjak Orde Baru lahir, kaum Kiri di Indonesia selalu menerima stigma yang buruk dan kejam dari dituduh sebagai pemberontak, pengkhianat bangsa hingga dicurigai sebagai tak bertuhan dan tak bermoral. Tuduhan itu terutama dialamatkan sejak terjadinya Peristiwa Madiun hingga peristiwa G30S. Bukan hanya iu, peranan kaum Kiri dalam sejarah pergerakan dan kemerdekaan Indonesia juga dianihilasi dan dihilangkan. Propaganda dan stigmatisasi itu menjadi semacam ‘politik ingatan’ yang terus dibangun dan dipupuk melalui film-film, khutbah-khutbah agama, serta pernyataan-pernyataan penguasa dan terjadi hingga kini. Pendeknya, menulis sejarah dari sudut pandang kaum Kiri sendiri mengenai peristiwa-peristiwa tersebut adalah (di) haram (kan). Karena itu, upaya untuk menyelidiki secara kritis dan berimbang atas peristiwa-peristiwa tersebut dan implikasinya bagi negeri ini seperti tertutup awan gelap.

Buku karangan MR Siregar, Tragedi Manusia dan Kemanusiaan, berupaya untuk menyibak awan gelap tersebut. Ia berupaya membongkar tabir gelap dalam Peristiwa Madiun hingga Peristiwa G 30 S, dimana ratusan ribu kaum komunis dan mereka yang distigmakan sebagai komunis dibunuh, dibantai, dan diperlakukan sebagai paria. Buku ini mencoba menelisik ulang beberapa peristiwa yang mendahului lahirnya drama subuh 1 Oktober (G 30 S) itu di antaranya adalah munculnya militer sebagai kekuatan dominan (dalam istilah penulis buku ini militer menjadi “negara dalam negara”) yang tampil di bidang politik dan ekonomi di negeri ini.

Sebagai hasil akhir dari peristiwa G 30 S itu adalah lahirnya negara Orde Baru yang bersifat fasis dan bercorak kapitalis. Bersifat fasis sebab Orde Baru dibangun dengan cara-cara totaliter dan  militeristik, dan bercorak kapitalis sebab sejak saat itulah ekonomi Indonesia mulai diintegrasikan dengan kapitalisme internasional. Hasilnya, Orde Baru menjadi sebuah rejim yang korup, represif, dan eksploitatif terhadap lingkungan hidup dan kehidupan rakyatnya.

Tema-tema itulah yang menjadi pokok kajian dalam buku ini. Dengankecermatan dan kekayaan data yang luar biasa, penulis buku inimembongkar aktor  sesungguhnya dari peristiwa G 30 S, menyajikan berbagai dusta sejarah dan kekejaman Orde Baru, serta menelaah akibat-akibat struktural dan kultural dari lahirnya negara Orde Baru.

Jika dibaca bersama dengan buku yang lain, yaitu Yang Berlawan: Membongkar Tabir Pemalsuan Sejarah PKI, karya Imam Soedjono (Resist Book: 2006), buku Tragedi Manusia dan Kemanusiaan ini dapat menjadi bacaan yang baik tentang seluk-beluk persitiwa G 30 S, sejarah kaum Kiri di Indonesia hingga lahirnya negara Orde Baru. Kedua buku itujuga bersifat komplementatif satu sama lainnya. Jika dalam Yang Berlawan, kita disuguhi data tentang peranan historis kaum Kiri dan bagaimana mereka dihancurkan, sementara dalam Tragedi Manusia dan Kemanusiaan kita akan dimanjakan oleh kekayaan data dan ketajaman analisis tentang peristiwa G 30 S, dan peristiwa-peristiwa yang menyelubunginya, yang terjadi jauh sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa itu. 

tentang buku Yang Berlawan: Membongkar Tabir Pemalsuan Sejarah PKI, karya Imam Soedjono

Di negeri ini, sejarah tentang PKI adalah sejarah yang dipalsukan dan digelapkan oleh kekuasaan yang bengis. Dalam catatan sejarah Orde Baru PKI selalu dicitrakan sebagai sosok gerakan politik yang kejam, pengkhianat bangsa, anti-agama dan karenanya harus dilenyapkan dari bumi Indonesia. Dengan menantang arus hegemoni sejarah Orede Baru, buku ini menyuarakan sebuah kesaksian yang lugas : bahwa PKI, sebagaimana gerakan politik yang lain juga perah menrehkan peran signifikan dalam sejarah di Indonesia.

Ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang tajam karya ini mengupas bukan hanya kulit, tetapi jantung terdalam dari sebuah gerakan politik yang pernah menjadi kekuatan raksasa sebelum akhirnya tumbang diterjang kekuasaan. Dalam buku ini terdapat kritik, kesaksian dan sebuah pelajaran yang terhormat : bahwa jalan untuk memperjuangkan rakyat adalah jalan yang penuh badaidan selalu berada dalan ancaman sangkur kekuasaan.

[sumber Resist Book]

Book Review by Carmel Budiardjo

M.R. Siregar, Tragedi Manusia dan Kemanusiaan, (A Human and Humanitarian Tragedy) published by TAPOL, September 1995, 620 pages.

*buku ini diterbitkan kembali oleh Resist Book 2007

Siregar took on the massive task he set himself without the advantage of any academic training in history. In the early fifties: he was an activist in the trade union movement in Tapanuli, North Sumatra and was later elected onto local, then regional, PK.I committees, also in his native Tapanuli. In early 1965, he was sent to Moscow to study but was unable to return home after the crackdown against the PK.I. 

Using whatever documentation he could find in the Netherlands, his country of exile, a number of writings by Western acedemics on some of the crucial events of the period, and his own intimate political knowledge and understanding, he has produced an impressive work which should be widely read in Indonesia, where it is most needed. It is not, by any means, the definitive version. No historical account can ever claim that. But it is a book written by someone who knew the period well from the perspective of an activist involved in the struggle, and who decided that it was necessary to put the record straight. 

selengkapnya Tapol Bulletin 130

unduh ebook Suroso, Suar. 2013. Akar dan Dalang: Pembantaian Manusia tak Berdosa dan Penggulingan Bung Karno. Bandung: Ultimus

PEMBANTAIAN manusia tak berdosa dan penggulingan Bung Karno adalah maha-malapetaka menimpa Indonesia di pertengahan abad ke-20. Ini merupakan halaman hitam sejarah. Bukan saja sejarah Indonesia, bahkan sejarah dunia. Betapa tidak! Indonesia waktu itu adalah negeri besar kelima di dunia dalam jumlah penduduk. Rakyat Indonesia yang besar dan beradab telah jadi korban kebiadaban strategi negara adikuasa. Indonesia yang cemerlang, mercusuar perjuangan rakyat-rakyat sedunia melawan kekuasaan lalim imperialisme, berubah wajah jadi pengekor negara adidaya. Ini dipicu oleh Peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Peristiwa ini bukanlah hanya menyangkut Indonesia. Lebih-lebih lagi bukan hanya menyangkut Bung Karno, PKI, dan Angkatan Darat. Ini terjadi dalam dunia yang sedang dilanda Perang Dingin. Para pelaku, jagal-jagal pembantai manusia sampai para pelaku penggulingan Bung Karno hanyalah eksekutor, pelaksana sadar atau tidak sadar dari strategi Perang Dingin, yaitu pembasmian kaum komunis di mana saja muncul, termasuk pembasmian atas kaum komunis Indonesia; strategi yang bertujuan membikin punah PKI di Indonesia untuk selama-lamanya. Maka akar peristiwa ini tidaklah terdapat di Indonesia. Hanyalah dengan mengupas secara menyeluruh, mengupas saling hubungannya dengan dunia yang sedang dilanda Perang Dingin, barulah bisa membongkar akar dan menemukan dalangnya, barulah jelas-jemelas hakikat sesungguhnya peristiwa itu.

This image has an empty alt attribute; its file name is screen-shot-2022-04-05-at-4.42.57-pm.png
This image has an empty alt attribute; its file name is screen-shot-2022-04-05-at-4.43.07-pm.png
This image has an empty alt attribute; its file name is screen-shot-2022-04-05-at-4.43.21-pm.png

simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966

Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o
13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)

Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s