Bintang Merah: Jalan Baru Bagi Kembalinya PKI di Atas Panggung – Muhidin M. Dahlan [radiobuku.com]
”Bintang Merah kita memberikan sinar tjemerlang menerangi djalan jang harus ditempuh oleh anggota Partai dan kaum buruh jang sedar akan klasnja. Demikianlah tidak bisa diungkiri lagi, bahwa tersusunnja kembali organisasi-organisasi Partai di-daerah-daerah adalah sebagian besar atas dorongan dan pimpinan Bintang Merah kita. Ketjuali itu, bersamaan dengan memberikan dorongan dan pimpinan dalam menjusun kembali organisasi-organisasi Partai didaerah-daerah Bintang Merah kita sekaligus memberikan dasar dan pimpinan untuk memakai sendjata kritik dan self-kritik… ” (Bintang Merah, edisi 1-2 Djanuari 1951)
Trio Aidit-Lukman-Njoto bergerak makin gencar. Pada 15 Agustus 1950 mereka menerbitkan lagi Bintang Merah, majalah teori PKI yang sempat tutup usai Madiun Affair. Karena majalah inilah kelompok Aidit lalu disebut sebagai Kelompok Bintang Merah. Dua hari kemudian, bertepatan dengan ulang tahun Proklamasi, Njoto dan kawan-kawan senimannya mendirikan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).
Usaha-usaha itu tidak sia-sia. Kelompok Bintang Merah akhirnya berhasil naik ke pucuk pimpinan PKI, menggeser tokoh-tokoh tua yang kalah progresif. Pada 7 Januari 1951, CC PKI mengumumkan susunan politbiro baru yang terdiri dari Alimin, Aidit, Lukman, Njoto, dan Sudisman.
Baca selengkapnya di artikel “Usai Peristiwa Madiun, Kelompok Aidit Gerilya Membangun Kembali PKI” – tirto.id
Bintang Merah (Indonesian: Red Star) was a magazine of the Communist Party of Indonesia which published in Jakarta from 1945 to 1948 and again from 1950 to 1965. It described itself as a magazine of Marxist-Leninist politics and theory.
simak Bintang Merah – wikiwand
Pada tahun 1950-an, Aidit dan Lukman menghidupkan kembali Bintang Merah. Majalah itu resmi diluncurkan pada 15 Agustus 1950. Duduk dalam susunan dewan redaksi, antara lain: Aidit, Njoto, Lukman, dan Peris Pardede. Kantor redaksi menumpang di kediaman Peris Pardede di Jalan Kernolong 4 Jakarta.
Trikoyo Ramidjo, yang terlibat penerbitan Bintang Merah, menuturkan, tempat redaksi Bintang Merah itu sekaligus kantor CC PKI. Lalu, beberapa saat kemudian, kantor CC PKI dipindahkan ke gang Lontar.
“Dulunya ukurannya besar, tetapi kemudian diperkecil agar bisa masuk ke saku. Tetapi namanya tetap Bintang Merah,” kata Trikoyo.
selengkapnya Majalah Bintang Merah
KUMPULAN ILUSTRASI DI BINTANG MERAH – I
European Journal of Interdisciplinary Studies – May-August 2015 Volume 1, Issue 2
This research finds that the language used by Suara Partai Masjumi and Bintang Merah using direct and clear statement in delivering their own ideology. Both also have contrast differences in the vocabulary choices. Suara Partai Masjumi presents Islamic party using the vocabulary influenced by Islam for instance the use of Arabic language for example Muktamar, Djihad, etc . This magazine also cites holy Al-Qu’ran ayat and brings Islamic leaders inside the articles. In the other hand, Bintang Merah magazine as its party ideology intentionally uses marxis term like revisionis, trotskisme, materialisme, etc. This magaizne cites communism and the communist leader. The intention of their publication is to campaign their ideologis and political party’s ideas, they are Partai Masjumi and Partai Komunis. Besides, as the informative magazine, it is also as a material source of their members only to educate their members however in society education it does not give any contributions.
simak pula
Kotak Pandora (Jejak) Suara (Senyap) Harian Rakjat [Sejarah yang Dihilangkan]
simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

