“Taman Bunga Plantungan” diaransemen dengan indah oleh Kroncongan Agawe Sentosa. Lagu ini diciptakan pada 1971 di kamp Plantungan,
perbatasan antara Kabupaten Kendal dan Batang, Jawa tengah. Merupakan tanda cinta dan persahabatan antara Ibu Nurcahya, Ibu Mia Bustam, Ibu Rusiyati, dan kawan-kawan. Mengisahkan tentang sebuah taman kecil yang dibangun dengan swadaya oleh para tahanan politik di kamp Plantungan
Kamp Plantungan sendiri semula adalah Rumah Sakit untuk para penderita Lepra yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Kondisi kamp Plantungan lebih mirip lapangan jagal yang dipenuhi benda-benda ajaib. potongan-potongan jari tangan atau jari kaki pasien kusta. Misalnya ketika juru taman membersihkan lahan, mereka menemukan
Lagu ini ditulis oleh Zubaedah Nungtjik. AR tokoh Gerwani yang sempat tinggal di Plantungan pada 1971-1978.
selengkapnya
Dialita “ Dunia Milik Kita” Yang Bangkit dan Bersuara Merdu – Arman Dhani
Seperti pula Bapak Almarhum Mahbub Djunaidi, yang ketika saya bertemu di seminar – Jerman Barat tahun 1985 menyatakan kepada saya: “Sayang sekali saya tidak bisa ke Belanda untuk berkunjung menemui Bapak Djawoto dan Ibu Rusiyati, saya anggap beliau-beliau itu para senior saya sejak saya bekerja sebagai wartawan di Lembaga Kantor Berita Antara. Akibat terjadinya peristiwa GESTOK 65 hubungan kami terputus dengan Bapak Djawoto, yang memang sejak tahun 1964 telah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok. Juga dengan Ibu Rusiyati yang ketika terjadi peristiwa Tragedi Nasional 1965 telah di hukum penjara selama 13 tahun tanpa proses pengadilan. Saya menganggap kejadian Tragedi Berdarah itu adalah merupakan peristiwa pelanggaran HAM berat, yang bermakna pada penghancuran secara sistimatis alam Demokrasi di Indonesia, tentu saya mengharap Perjuangan Wartawan Indonesia untuk Kemerdekaan Nasional akan tetap di teruskan dan di kembangkan sesuai dengan cita-cita prinsip dasar NASAKOM.” Demikian kata Mahbub Djunaidi.
* wartawan yang dimaksud adalah Ibu Rusiyati (ini adalah ringkasan dari wawancara oleh Kerry Brogan, terlampir) Disampaikan pada peringatan 100 tahun Djawoto yang mengambil tema “Perjuangan Wartawan Indonesia untuk Kemerdekaan Nasional, Kebebasan Pers dan Demokrasi.”
Hasil Lengkap Wawancara dengan Ibu Rusiyati
Ketika beliau berusia 76 Tahun Pada tanggal 15 dan 16 November 1998 di BelandaOleh Kerry BroganDisunting oleh MiRa
Kehidupan di pengasingan Plantungan kami diharuskan menggarap tanah untuk menanam sayuran dan pohon bunga, pekerjaan dalam rumah seperti membersihkan kompleks blok, kantor komandan dan memasak untuk penghuni Plantungan. Untuk urusan kesehatan ditangani oleh dokter Sumiarsih dibantu Ibu Ratih. Praktek kerja untuk penanganan kesehatan tidak hanya terbatas buat penghuni lokasi tapi juga diperbolehkan melayani penduduk desa sekitar pegunungan. Dokter ramah itu kemudian dikenal dengan sebutan ‘Dokter baik dari kompleks TAPOL’ dan pasiennya pun banyak. Saya sendiri ditugaskan oleh komandan Prayogo untuk pemeliharaan Taman Plantungan.
Simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)




Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)