19 APRIL 1920 – 2 JULI 2007
UNTUK SIDIK KERTAPATI: SAHABAT SEPERJUANGAN
Samsir Mohamad
akhirnya sampai juga
di ujung perjalanan ini
dan usailah segala beban
kenyerian di tubuh dan di hati
yg berpuluh tahun mendera
peluru negerimu sendiri
negeri yg kaubela dan hormati
begitu lama,
begitu lama,
bersarang di pinggangmu
nyaris membuatmu layu
tetapi walau di kursi roda
sesekali kaubangkit
berdiri tegak dan melangkah
kukuh bagai nyiur yang tak kenal tumbang
lembut bagai semilir angin pagi
yg tebarkan kehidupan
di jantungku
kau hadir dan terukir
kutangiskan air mata duka dan suka cita
dilambari rasa hormat
untuk apa yg telah kaulakukan
bagi bangsa dan tanah air
serta
untuk sebuah kehendak yg mulia
bagi kehidupan umat manusia
Petani tua yg masih tersisa di lereng Burangrang
2 Juli 2007
Sidik Kertapati, Pejuang yang Terasingkan – Ciput Putrawijaya
Periksa pula Sidik Kertapati (disebut 15 kali) dalam testimoni Samsul Ahmad (nama samaran) dalam buku Suara di Balik Prahara; Berbagi Narasi tentang Tragedi ‘65 (unduh). Nampaknya Samsul adalah teman seiring sejak masa revolusi, dalam kepemimpinan Serikat Kaum Tani Indonesia (SAKTI) dan kemudian Barisan Tani Indonesia.
Ini Problem Kita Sebagai Bangsa (hal 183-220)
….penulisan kembali atas narasi mengenai Tragedi ‘65 dari kacamata seorang mantan pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia yang sekaligus pemimpin gerakan Petani. Namanya kita sebut saja Samsul Ahmad. Samsul adalah seorang pejuang yang gigih sejak masa mudanya, dan di masa tuanya secara konsisten membela kepentingan rakyat di lapisan bawah, khususnya kaum tani. Ia pernah menjadi Sekretaris Umum organisasi petani Serikat Kaum Tani Indonesia ( SAKTI) dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ( MPRS). Ironisnya, justru karena pembelaanya itu ia ditangkap, dipenjara, dan akhirnya dibuang ke Pulau Buru.
*Sidik Kertapati adalah Ketua Umum Serikat Kaum Tani Indonesia, SAKTI kemudian melakukan fusi dan menjadi Barisan Tani Indonesia. Dalam Barisan Tani Indonesia Sidik Kertapati adalah wakil ketua.
Ketika menjadi anggota DPR Sidik Kertapati yang juga Ketua Umum Serikat Kaum Tani Indonesia mengeluarkan mosi tidak percaya yang kemudian mendapat dukungan luas parlemen hingga menyebabkan Kabinet Wilopo menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden. Pemicunya adalah sengketa tanah yang terkenal dengan Peristiwa Tanjung Morawa
simak Tanah untuk Rakyat – historia .id
simak puisi lengkap Agas Wispi ‘Matinya Seorang Petani’ tentang Peristiwa Tanjung Morawa
[Kumpulan Puisi] Matinya Seorang Petani – Bagian Penerbitan Lembaga Kebudajaan Rakjat (LEKRA)
kajian ilmiah terkait latar belakang dan peristiwa tanjung Morawa periksa
CHAPTER IV : THE AGRARIAN CONTROVERSY IN SUMATERA TIMUR FROM THE TIME OF TRANSFER OF SOVEREIGNTY TO THE TANJUNG MORAWA INCIDENT
dalam KARL]. PELZER; PLANTERS AGAINST PEASANTS THE AGRARIAN STRUGGLE IN EAST SUMATRA 1947-1958
Clashes spread to West Java with the so-called Indramayu Affair of October 1964. On two occasions large numbers of demonstrators carrying BTI and Pemuda Rakyat (the P.K.I. youth organization) posters attacked state forest guards, seriously wounding seven guards in the first incident and three in the second. The arrest of thirty-five demonstrators brought new demonstrations for their release. The governor of West Java found that land hunger among peasants was in conflict with Forestry Department efforts to develop the forest resources. Sidik Kertapati, vice-chairman of BTI, charged that the land involved in the Indramayu Affair really belonged to the villagers and accused the Forest Service of having caused the incident in order to “wrest the land from the peasant”. Forestry Minister Sudjarwo was more cautious in order to avoid the fury of the PKI and spoke of an acute demand for Lebensraum, at the same time promising that “the utmost wisdom” would be applied in the settlement of the issue. On 20 November 1964, the first deputy prime minister, Dr. Subandrio, met with Forestry Minister Sudjarwo and State Minister Mudjoko for a discussion of the dispute between the Forest Service and mass peasant organizations. While the ministers urged avoidance of “cracks in the unity of the progressive revolutionary forces” and called for carefully planned large-sc ale migrations from Java, the Central Secretariat of Peasant Organizations of the National Front criticized the government for delays in land reform, for the imprisonment of peasants and leaders of peasant organizations, and for lack of coordination between central and regional policies regarding the administration of forest reserves.
dalam KARL]. PELZER; PLANTERS AGAINST PEASANTS THE AGRARIAN STRUGGLE IN EAST SUMATRA 1947-1958 hal 42
.

Buku karangan Sidik Kertapati, tokoh pemuda yang terlibat dalam persiapan proklamasi kemerdekaan, dan perlawanan bawah tanah pada masa pendudukan Jepang, itu merupakan dokumen yang sangat penting mengenai gerakan bawah tanah.
“Pada umumnya, uraian Sidik mengenai gerakan bawah tanah itu adalah paling lengkap dan memuaskan di antara buku-buku yang berbahasa Indonesia,” kata Ben Andeson, seperti dikutip dalam bukunya Revoloesi Pemoeda, halaman 70.
dipetik dari DN Aidit dan Proklamasi 17 Agustus 1945 – Hasan Kurniawan
Saya membaca buku Sidik Kertapati, Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945. Sidik adalah seorang aktor penting dari berbagai peristiwa penting menjelang Proklamasi. Dia aktivis Gerakan Indonesia Merdeka (Gerindom) dan terlibat dalam gerakan bawah tanah pemuda revolusioner di asrama Menteng 31 Jakarta.
Dalam penjelasannya, Sidik Kertapati menggunakan istilah “pengamanan tokoh nasional”. Menurutnya, Sukarno dan Hatta sengaja dibawa keluar dari Jakarta agar mereka terhindar dari Jepang. Saat itu, pemuda revolusioner sedang merancang Proklamasi Kemerdekaan.
Kenapa dibawa ke Rengasdengklok? Karena daerah itu sejak lama sudah menjadi pusat gerakan anti-fasisme Jepang. Di sana, ungkap Kertapati, ada kelompok perlawanan bernama “Sapu Mas”, yang dipimpin oleh seorang perwira PETA, Syudanco Umar Bahsan.
Mengulik kronologi versi Sidik Kertapati, ketika pemuda menjemput Sukarno-Hatta di rumah masing-masing, tidak ada unsur pemaksaan atau penghilangan kemerdekaan.
disalin dari Rudi Hartono Peristiwa Rengasdengklok: Penculikan Atau Pengamanan? – berdikarionline
Pasca prahara 1965 Sidik Kertapati terpisah dari istrinya Siti Rukiah (sastrawati Lekra cemerlang) dan tidak pernah bisa bertemu kembali . Siti Rukiah meninggal 6 Juni 1996 sebelum Sidik Kertapati bisa kembali ke tanah air.

Namun semua itu berubah paska peristiwa 1965. Pemerintah yang berkuasa saat itu menyatakan karya-karya Rukiah sebagai karya terlarang.
Rukiah ditangkap dan menjadi tahanan di kompleks Corps Polisi Militer (CPM) Purwakarta dan rutan di Bandung.
Rukiah terpaksa harus berpisah dengan anak-anaknya dan suaminya. Sampai akhirnya kembali ke rumahnya di Purwakarta dengan pengawasan ketat aparat setempat.
Meski sudah kembali ke rumah, Rukiah pun tak bisa bertemu suaminya, Sidik Kertapati. Sidik yang menjadi editornya di Majalah Godam Jelata dan pejuang kemerdekaan, dianggap berbahaya oleh pemerintah Orde Baru karena aktifitas politiknya.
Sidik terpaksa meninggalkan tanah air dan puluhan tahun menjalani kehidupan sebagai seorang eksil untuk menghindari penangkapan pemerintah pasca peristiwa 1965.
“Mereka berdua belum pernah bertemu lagi sampai akhirnya Rukiah meninggal dunia,” ujar Giovanni.
disalin dari Siti Rukiah Kertapati, sastrawati era kemerdekaan yang terlupakan – bbc indonesia
simak kompilasi
Jejak Mengesankan Penulis Perempuan Siti Rukiah dan Sugiarti Siswadi yang “Dihilangkan”
Mengenang Sidik Kertapati
TOKOH NASIONAL PEJUANG 1945
A.Umar Said: Mengenang Bapak Sidik Kertapati
Sambutan F.C.Panggidaej pada Peringatan Wafatnya Bp. Sidik Kertapati
Cipto Munandar: MEMPERINGATI WAFATNYA SIDIK KERTAPATI TOKOH NASIONAL PEJUANG 1945
MD Kartaprawira: SIDIK KERTAPATI TOKOH NASIONAL PEJUANG 45
FAJAR SITEPU PAHLAWANKU TELAH PERGI
Di jaman kemerdekaan dia berjuang di paling depan dianugerahi peluru agresor Belanda yang bersarang di paha setelah merdeka dia terus abdikan diri bagi rakyat jelata berjuang bagi petani Indonesia berjuang bagi seluruh rakyat Indonesia raksasa itu terus berdiri tegar pada imperialis dan kaum klas penghisap tak pernah gentar. Kini dikau telah tiada, pak Sidik Kertapati jasamu tak pernah kulupakan kusebar mawar pagi di udara bersama mengalirnya air mata pak Sidik Kertapati, beristirahatlah yang tenang semoga arwahmu berada di sisi Tuhan. Pahlawanku telah pergi mari kita teruskan cita citanya terus berjuang bagi Indonesia dan rakyatnya hidup sejahtera dan bahagia.
***
TRI RAMIDJO. Selamat jalan bung Sidik Istirahatlah dengan tenang
Berakhirlah sudah semua derita kesulitan dan segala tetek-bengek Tak ada segala sesuatu yang kekal tidak berakhir Ada awal pasti ada akhir
Kekotoran dunia ini pun pasti ada akhirnya Serahkan penuh keikhlasan bendera estafet perjuangan kepada generasi muda Mereka pasti akan tulus ikhlas bersungguh-sungguh meneruskannya
Masyarakat tenteram, damai, adil, dan makmur pasti tercipta di negeri khatulistiwa ini asal ada kemauan dan kerja keras tanpa kenal lelah dan tanpa pamrih untuk kepentingan diri sendiri Matahari yang bersinar gilang gemilang akan segera terbit
Selamat jalan
disalain dari Kolom IBRAHIM ISA — In Memoriam BUNG SIDIK KERTAPATI
Simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)




Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)