[Kompilasi Resensi] Kala Mata Karya Ni Made Purnama Sari : Novel Yang Mengisahkan Seorang Dalang Perempuan Yang Menderita Dimensia Berlatar Tragedi 1965 di Bali

Judul: Kala Mata

Pengarang: Ni Made Purnama Sari

Tahun terbit: 2016

Jumlah halaman: xvi+226

Penerbit: KPG, Jakarta

“Kalamata” karya Ni Made Purnama Sari.

“Kalamata” adalah novel tentang waktu dan pikiran manusia beserta misterinya. Berlatar belakang Tragedi 1965 di Bali, “Kalamata” mengisahkan kehidupan seorang dalang perempuan tersohor, Ni Rumyig, yang mengalami demensia. Buku ini mengenalkan satu sisi kehidupan adat di Bali yang jarang terlihat. Dulu, dalam pergelaran wayang, perempuan tidak diharapkan hadir, apalagi sampai menjadi dalangnya. Budaya setempat memandang rendah perempuan yang terlibat dalam pementasan wayang.

Cerita “Kalamata” bermuara pada peristiwa kerusuhan tahun 1965 yang berdampak pada sejumlah tokoh besar kesenian Indonesia diasingkan dan dibuang. Akibat peristiwa itu, Ni Rumyig sebagai dalang perempuan tersohor, juga mengalami berbagai tudingan dan sanksi sosial. Berbagai pertanyaan pun muncul, mengapa Ni Rumyig yang kuat, bisa runtuh menjadi pribadi yang tidak berdaya dalam sekejap mata? Mengapa perubahan yang drastis terjadi pada seorang seniman yang hebat dan mumpuni menjadi luluh lantak? Layaknya cerita misteri, penulis menggunakan gaya penceritaan yang membuka dirinya selapis demi selapis.

sumber fanpage Facebook KPG

Mengapa Ni Rumyig yang begitu kuat, bahkan ber-taksu bisa runtuh menjadi pribadi yang tak berdaya di dalam sekejap mata? Mengapa perubahan yang drastis terjadi pada seorang seniman yang hebat dan mumpuni menjadi luluh lantak? Mengapa di puncak karirnya yang mencorong –ia diundang berpentas di berbagai desa bahkan terpilih untuk tampil di dalam arena festival bergengsi—seperti mendadak saja ia menghilang dari peredaran begitu saja?

Berbagai pertanyaan yang turut membingkai perjalanan cerita ini bermuara pada peristiwa kerusuhan berdarah tahun 1965. Sejumlah nama besar di dalam peta kesenian Indonesia yang terdampak badai sosial politik pada masa kelam itu masuk ke bui atau Pulau Buru. Dalang perempuan hebat dari desa Kemenuh ini menghadapi berbagai tudingan dan sanksi sosial yang juga tidak alang kepalang beratnya. Hal itu ditambah dengan faktor budaya setempat yang memandang rendah kepada perempuan yang terlibat pementasan wayang. Tapi benarkah paduan berbagai faktor itu yang menceburkannya ke dalam jurang demensia?

Dengan ketrampilan mengolah kata, Made Purnama Sari menggiring pembaca untuk tekun mengikuti gerak kisahnya. Ikut membuka selubung misteri, selembar demi selembar. Beberapa ungkapannya terasa khas. Coba perhatikan, novel ini diawali dengan kalimat yang menarik: “Musim panas kota Tilburg seperti tomat cherry yang lumat di mulut”.

selengkapnya Perburuan Mencari Diri – Efix Mulyadi (Pengantar Novel)

Kala Mata: Kisah Dua Perempuan Bali

Oleh Fadjriah Nurdiarsih

[petikan tinjauan novel Kala Mata]

Kata “parak cicing barak” di sini menjadi petunjuk yang mengarah pada peristiwa Gestok alias Gerakan 1 Oktober 1965. Ayah Ni Rumyig dikisahkan terpikat dengan suatu kelompok dan seseorang yang mengajarinya membuat catatan. Pada suatu hari, Ni Rumyig diminta kabur oleh ibunya ke rumah Nenek di desa tetangga, Desa Kemenuh, untuk menyelamatkan diri. Dalam suasana penuh kemelut, ayahnya dikumpulkan di jalanan kampung dan setelahnya Ni Rumyig tak pernah melihat kedua orangtuanya lagi.

Dalam bincang-bincang santai tahun lalu, Aiko Kurasawa, seorang Indonesianis asal Jepang, mengungkapkan beberapa desa di Bali memang sangat terpengaruh oleh Gestok. “Barangkali wilayahnya memang kecil, tapi pengaruhnya paling besar,” katanya. Ia menyebut Jembrana sebagai salah satu contoh. Dan dewasa ini melalui pemberitaan di media massa, kita membaca banyak kuburan massal yang diduga menjadi tempat pembuangan orang-orang yang diduga terkait Gestok.

MEMBACA PENELITIAN MELALUI NOVEL – Misbahus Surur *

Kisah dibuka dengan perjalanan tokoh aku (Made) saat belajar di Tilburg, Belanda, sampai kemudian ketika terdengar kabar kematian Ny Rumyig, ia kembali teringat dengan kerja penulisan biografi tersebut. Alur novel lalu bergerak mundur, ke masa-masa saat Made meriset jalan hidup Ni Rumyig. Di sinilah pokok-pokok cerita yang menjadi ide utama novel ini digelar: gambaran sisi-sisi lain kesenimanan perempuan yang di usia senjanya mengidap demensia. Tentu saja tak gampang mengumpulkan data dari subjek yang terkena demensia. Lebih-lebih bila data primernya berhubungan dengan usaha mengulik pengalaman dan ingatan hidup si tokoh. Belum soal dugaan keterlibatan si tokoh dengan peristiwa Gestok 1965.

Perempuan di Balik Kesunyian – kinkinkinamu

Kenangan paling berkesan seumur hidup bisa pupus karena banyaknya trauma-trauma mendalam yang dialami oleh manusia…..

simak pula

Menyalakan Kembali Api Perjuangan Charlotte Salawati, S. Rukiah, dan Sugiarti Siswadi – Dok. Diskusi Beranda Rakyat Garuda

*salah satu narasumber adalah Ni Made Purnama Sari

Pemikiran dan karya-karya Charlotte Salawati, S. Rukiah, dan Sugiarti Siswadi pernah coba dibenamkan dan dilarung agar musnah jejak langkahnya.Pencarian atas kiprah 3 tokoh perempuan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan Dhianita Kusuma Pertiwi, Giovanni Austriningrum, dan Ni Made Purnama Sari di Ruang Perempuan dan Tulisan.Upaya ini membuka celah-celah sempit dari lini kehidupan dan dinamika pemikiran dan api perjuangan ketiga sosok pejuang perempuan tersebut.

simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966

Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o
13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)

Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s