cover foto dari Tempo dalam resensi Veven Sp Wardhana (terlampir)
Militerisme dan Kita, di Tahun-tahun Orba – Tinuk R Yampolsky (Penulis Novel Candik Ala 1965)
(Sekedar Renungan Menjelang 50 Tahun Tragedi 65)
*Tinuk R. Yampolsky, juga sempat membuat dokumeter berjudul Wiji Thukul Penyair dari Kampung Kalangan Solo (Di Manakah Kamu?).
Candik Ala 1965: Trauma Sepanjang Riwayat – Veven Sp Wardhana (Tempo)
Pemilihan sudut pandang Nik sebagai gadis usia 7 tahun pada kecamuk politik 1965 sangatlah tepat. Pertama, dengan usia sedini itu–dan keluarganya sering memintanya masuk kamar, menyingkir, bila ada pertemuan dan perdebatan di ruang utama rumah keluarga–Nik cenderung tak tahu peta persoalan yang sedang terjadi sehingga keberpihakan pun terhindarkan, kendati kakak sulungnya dianggap “murtad” karena masuk organisasi onderbouw Partai Komunis Indonesia (PKI), sementara keluarganya memeluk Katolik.
Kedua, pengkarakteran usia belia juga memperkuat kejiwaannya jika sosok Nik kemudian senantiasa membawa trauma hingga dia dewasa, betapa pun kesehariannya cenderung apolitis. Trauma itu tidak muncul pada masa-masa sesudah pergolakan politik itu, bahkan saat itu juga Nik sudah kerap merasa jengah saat ada yang menuding kakaknya sebagai komunis, sementara ibu mereka meluruskannya sebagai “simpatisan”–sementara Nik tak paham makna simpatisan dan komunis(me) itu sendiri.
Buat Nik, ‘kenangan pada peristiwa ‘pencidukan akhirnya membuatnya bersentuhan dengan para aktivis demokrasi yang melakukan ’klandestain’ terhadap rezim yang berkuasa pada waktu itu. Termasuk pertemanannya dengan “Si Gagap Penyair Dari kampung Tetangga” yang jelas merujuk ke sosok Wiji Thukul.
Pada akhir Novel , Nik menemukan akhir ‘pencariannya’terhadap beberapa hal yang tidak dia mengerti sewaktu kecil dan juga ikatan moril dengan swargi ibunya yang pada akhirnya membawanya untuk mengetahui bagaimana nasib Bu Arum tetangga yang juga sahabat ibunya.
artikel dalam Jurnal Ilmiah Kebudayaan Sintesis Vol 12 No 1 (2018)
Abstract
Penelitian ini mengangkat topik Kekerasan struktural dan personal dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menguraikan struktur pembangun cerita yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Candik Ala 1965 karyaTinuk R. Yampolsky dan (2) mendeskripsikan kekerasan structural dan kekerasan personal yang terdapat dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky. Dalam menganalisis struktur pembangun cerita, digunakan kajian struktural. Analisis kekerasan struktural dan personal menggunakan teori kekerasan menurut Johan Galtung. Penelitian ini menggunakan paradigma M.H Abrams, yaitu
pendekatan objektif dan pendekatan mimetik.
Hasil analisis struktur pembangun cerita (tokoh, penokohan, dan latar) dalam novel Candik Ala 1965 karya Tinuk R. Yampolsky sebagai berikut. Tokoh utama adalah Nik dan Ibu Kesawa, sedangkan tokoh tambahan terdiri dari Pak Kesawa, Mas Cuk, Mas Tok, Yu Parni, Sarjono, Mas Kun, Bu Arum, Si Gagap, Kamil, Pak Djo, Nila, Tris, Leaph dan Ibu Sul. Dalam menganalisis latar, peneliti membagi unsur latar menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar social budaya. Latar tempat yang paling dominan adalah Kota Solo, latar waktu yang paling dominan adalah tahun 1965, dan latar sosial budaya yang paling dominan adalah budaya masyarakat Jawa. Dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis kekerasan structural dan empat jenis kekerasan personal.
Tiga jenis kekerasan struktural yang terdapat dalam novel adalah sebagai berikut: (1) Kekerasan
structural tersebut dialami oleh para simpatisan PKI, (2) Kekerasan structural terhadap masyarakat
sipil masa orde baru, dan (3) warga sipil di Kamboja. Analisis kekerasan personal dalam penelitian
ini menemukan empat jenis kekerasan personal, yaitu sebagai berikut: (1) kekerasan personal terhadap anggota organisasi kepemudaan, (2) kekerasan terhadap para simpatisan PKI, (3) kekerasan personal terhadap wanita, dan (4) kekerasan personal terhadap warga sipil di Kamboja.
Naskah Skripsi Lengkap
Skripsi Program Studi Sastra Universitas Sanata Dharma
simak pula
1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)


Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)