Memoar Kehilangan : Trubus Sudarsono – Seni adalah Panjang, Hidup adalah Singkat

cover poster karya Nobodycorp. Internationale Unlimited

sumber Buletin TAPOL No 83 / 1980

https://vuir.vu.edu.au/26343/1/TAPOL38_compressed.pdf

Bagi kosakata seni rupa saat ini, tidak banyak orang mengenal Trubus Sudarsono. Seorang pelukis dan pematung Indonesia yang lahir dari bakat alam dan dididik secara langsung dalam atmosfir kehidupan Sanggar oleh para pendahulunya, seperti: S. Sudjojono, Affandi dan Hendra Gunawan. Karya-karya Trubus dan jalan hidupnya merupakan catatan berharga yang terus hidup untuk ditafsirkan.

Pada Bulan Maret 2013 Penerbit Buku Baik dan Sekolah mBrosot menerbitkan buku kecil berjudul: “Trubus Sudarsono” yang merupakan versi terbaru dari buku lama yang disusun oleh Hersri Setiawan pada Tahun 1981: “Trubus, dimana Engkau?”. Melalui buku tersebut, Hersri dan Keluarga Trubus memang benar-benar bertanya mengenai keberadaan seniman tersebut yang hilang dalam rentang waktu Tragedi Kemanusiaan 1965 (bersama ribuan orang lain yang juga hilang atau tewas, yang disebut sebagai simpatisan atau anggota Partai Komunis Indonesia).

Trubus merupakan representasi. Juga sebuah fenomena. Tidak hanya dalam senirupa, tetapi juga dalam konteks yang lebih luas.

disalin dari leaflet Diskusi dan Peluncuran Buku

TRUBUS SUDARSONO – Seni adalah Panjang, Hidup adalah Singkat

Memoar Kehilangan – Stanislaus Yangni

“Tiga buah benda, arloji, cincin, dan uang sepuluh ribu rupiah dikembalikan oleh Pak Camat pada Sudaryati, anak kedua Trubus Soedarsono. Tapi ada dua benda yang anak itu ingat, radio transitor dan sebuah fototustel, tak ada. “… tapi kelak akan kami kembalikan ke kamu juga,” kata Pak Pelda. Setidaknya, itulah akhir dari kisah dalam buku Trubus, di Mana Engkau?”

Buku tersebut ditulis oleh Hersri Setiawan, jawaban dari tekadnya mencari Trubus Soedarsono (1926-1966), setelah ia mendengar dibacakannya surat Sri Sulistyantuti, anak keempat Trubus, yang berisi pencarian ayahnya, di Pulau Buru. Namun yang ia temukan – setidaknya dalam buku ini – lebih dari sekali disebutkan, bahwa Trubus ditembak mati di sebuah luweng di Gunungkidul. Maka, berdasarkan surat-surat dan catatan harian dari dua anak Trubus, Sri Sudaryati dan Sri Sulistyantuti, disusunlah buku yang naskahnya sudah pernah terbit pertama kali 1980an di Belanda, masih berupa surat. Naskah ini juga bukan yang pertama terbit di Indonesia. Sebelumnya, tulisan ini muncul di Memoar Pulau Buru (Indonesia Tera, 2003) yang juga ditulis Hersri, hal 459.

Resensi Buku

Judul Buku: Trubus, di Mana Engkau?

Tahun Terbit: 2013

Penerbit: Buku Baik dan Sekolah Mbrosot

Halaman: 104 hal

Trubus Soedarsono, Seniman Tanpa Batu Nisan – Dr. Priyatno, M.Sn

Untuk Dikenang, Trubus Soedarsono – Ben

Galeri Karya Trubus Sudarsono

[Arsip Nasional Republik Indonesia] Arsip Foto Aktifitas Melukis Trubus Soedarsno 

Pelukis Trubus Soedarsno sedang melukis seorang wanita di rumah Nasroen.

Kode Referensi : Kempen RI.Wilayah DKI Jakarta 1951.KPRIJ51_3023

simak pula

Jejak Pelukis Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) :  Biografi Ringkas dan Karyanya

[kompilasi] Mozaik Jejak LEKRA dan Jejak Seniman/Budayawan LEKRA [berikut Kompilasi 15 Film Dokumenter-Feature-Wawancara] .

simak 1600 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966

Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

14542544_1036993449746974_4443364972569517121_o
13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o
13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)

Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s