salah satu puisi Sutikno W.S. yang dibahas Asep Sambodja dalam 1965: Perspektif Korban (2009)
Nyanyian dalam Kelam
tangisilah bumi ini yang letih dan sengsara
merunduk dalam lecutan siksa dan kesakitan
tangisilah kehidupan ini di mana kuncup-kuncupnya
layu diserap mainan kepalsuan
tetapi jangan kami
orang-orang yang tersisih namun tidak kehilangan hati
untuk mencinta dan mensenyumi dunia
dan bukan kami
anak-anak yang melata di luar sayap induknya
berkubang di tengah musim
mereguk pengap udara
dalam keramahan lagu dan tutur kata
tangisilah kebodohan ini yang sudah
memenjarakan kebenaran
mengepung manusia dalam kecongakan tirani
ya, tangisilah segalanya yang durjana ini demi semua yang akan dilahirkan
dari bayangan kabut dan kandungan kemelut
tetapi jangan kami, o bukan
orang-orang dengan sepotong langit di balik jendela
melihat dunia dalam pelukan kemesraan
tangisilah bumi dan kehidupan ini yang tersedan
dalam kerentanannya
menahan pedihnya cemeti dendam dan kedengkian
ya, tangisilah dunia ini yang tercabik dan merintih karena luka-lukanya
tetapi bukan kami, o tidak
sebab apalah arti kesengsaraan apabila hati rela menggenggamnya
apalah arti perpisahan—dan kebisuan
pabila jantung pun berdebur jua dihangatkan nyala
alangkah banyak derita ini mencacati namamu
o zaman yang memikul sendiri beban anak-anaknya
bermula di kekelaman hari ketika langkah-langkah di
kancah pertarungan
serta menabur, wahai—bagi buminya benih yang akan
melahirkan hari depan
kebebasan terpilih di mana kodrat merdeka melindungi
anak-anaknya
alangkah banyaknya kepiluan ini menjalin jejak kehidupanmu
tapi pun alangkah banyaknya kenangan membekas dalam
selubung kemarakanmu, o kasih yang unggul
yang mengabarkan pada dunia tentang kemuliaan
melagukan manusia serta mengangkat derajatnya
cinta tak terbagi kecuali bagi yang lapar dan terhina
dan air mata pun biarlah tumpah bagi yang tak mengerti
namun memikul juga kesengsaraan ini
anak-anak yang kehilangan orang tua serta kekasih yang
dipunahkan harapannya
rumah-rumah yang diremas sunyi, kegelisahan yang
membludag seperti sampar
dan ketaktahuan—di mana kebenaran bermukim serta
mengembangkan sayap-sayapnya
ya, dan baginya biarlah bumi pun menampung nestapa serta air mata duka
tembang rawan bagi yang tersisih dan disengsarakan
tetapi bukan kami, orang-orang yang terampas namun tak kehilangan daya
untuk menegakkan janji di atas segala kehilangan yang pahit
serta menciptakan
zaman yang marak dilambangi paduan nyanyi
nasi dan melati
(1972—Salemba)
Dari Diskusi Lekra dan Politik Sastra di Bandung 2010
Dari Diskusi Buku Dua Penyair Lekra di FIBUI Depok (2010)
Nyanyian Hersri Setiawan untuk Maharaja $uharto (2009)
1965: Perspektif Korban (2009)
Hersri Setiawan dan Memoar Pulau Buru (2009)
Adakah Duka Lebih Duka yang Kita Punya, Anantaguna? (2009)
Fakta dalam Cerpen Martin Aleida (2009)
Sikap Ajip Rosidi terhadap Lekra dan Manikebu (2009)
Rivai Apin Menguak Teeuw (2009)
Sejarah Sastra Indonesia Modern Versi Bakri Siregar (2009)
Amarzan Ismail Hamid dan Tahun Vivere Pericoloso (2009)
Sobron Aidit dan Buku yang Dipenjarakan
Pramoedya Ananta Toer dan “Tahun Pembabatan Total” (2009)
Sampai Kapan Perseteruan Lekra-Manikebu Kan Berakhir?
Taufiq Ismail Salah Tafsir Puisi Mawie Ananta Jonie (2009)
Doa Chalik Hamid buat Soeharto (2009)
H.R. Bandaharo Menempuh Jalan Rakyat (2009)
Soeharto dalam Puisi Putu Oka Sukanta (2009)
Cerpen-cerpen Sastrawan Lekra (2009)
Arief Budiman dan “Sastra Kiri yang Kere”(2009)
Membaca Sejarah Sastra Yudiono K.S. (2009)
A.S. Dharta, Klara Akustia, dan Jogaswara (2009)
Kalatidha dan Tragedi 1965 di Indonesia (2009)
Penyair yang Menulis Naskah Pidato Politik Presiden Soekarno (2008)
Kanonisasi dalam Sastra Indonesia (2008)
Wawancara Asep Sambodja dengan penyusun buku Lekra Tak Membakar Buku, Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan.
Kronik Sejarah Sastra Indonesia (1908-2008)
Menafsir Puisi-puisi DN Aidit (2008)
Merekonstruksi Sejarah Sastra Indonesia (2008)
Nyanyi Sunyi Seorang Pramoedya Ananta Toer (2008)
Sastra yang Meretas Kabut Sejarah 1965 (2008)
simak pula
Trilogi Lekra Tak Membakar Buku [Kompilasi Ulasan Buku dan Kajian Tentang Lekra]
[Kumpulan Puisi] Matinya Seorang Petani – Bagian Penerbitan Lembaga Kebudajaan Rakjat (LEKRA)
[unduh] ebook S. Anantaguna – Puisi‐Puisi dari Penjara *
[unduh] ebook Samsir Mohamad – Angin Burangrang : Sajak‐sajak Petani Tua *
simak 1600 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)


Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)