[Podcast Bicara Benar] Yang Pertama, Kedua & Ketiga – Ngobrol Bareng Pipit Anak Mantan Tapol 65. *Bagaimana konsekuensi berat stigma eks-PKI terus menempel hingga ke anak cucu.

Podcast Bicara Benar – Pamflet Generasi

Ep 1 – Yang Pertama, Kedua, & Ketiga

Seberapa jauh kamu mengenal keluargamu sendiri? Bagaimana jika selama ini ada rahasia yang sangat kelam yang disimpan erat oleh orang tuamu? Mbak Pipit, yang lahir pada 1981, baru mengetahui bertahun-tahun kemudian bahwa kedua orang tuanya adalah mantan tahanan politik 65. Pada masa Orde Baru, stigma “eks-PKI” mempunyai konsekuensi yang berat dari segi sosial, ekonomi, dan politik dan stigma tersebut berlanjut sampai ke anak cucu.

simak pula

artikel

BBC News Indonesia – ‘Dosa turunan’ dicap PKI, keluarga penyintas 65 masih mengalami diskriminasi: ‘Jangan bedakan kami’

seri podcat bicara benar lainnya

Ep 2 – Seorang Papua di Indonesia

Pada masa kolonial Belanda, Papua dijadikan tempat pembuangan tahanan politik. Lalu pada masa kemerdekaan, Papua menjadi rebutan antara Indonesia dan Belanda. Ketika rezim pemerintahan Indonesia berganti dari Orde Lama ke Orde Baru, tanah Papua dijual kepada perusahaan asing. Sementara itu, referendum yang dulu pernah dijanjikan kepada rakyat Papua, dilakukan dengan tekanan dan ancaman. Bagaimana rasanya menjadi orang Papua di Indonesia?

Ep 3 – Api di Talangsari

Kita masuk di masa orde baru di mana pengawasan dan kontrol oleh negara benar-benar masif. Bermula dari laporan bahwa ada sebuah kegiatan keagamaan yang dilakukan tanpa ijin di sebuah dusun di Lampung, situasi makin memanas dengan kedatangan aparat militer ke dusun tersebut. Puncaknya adalah tewasnya ratusan orang pada 7 Februari 1989, yang dikenal sebagai Peristiwa Talangsari.

Ep 4 – Perempuan-Perempuan Perang

Ketika perang terjadi, perempuan seringkali berperan penting dalam mengupayakan kedamaian dan ketentraman di saat para pejuang berperang, seperti memastikan keluarganya tetap makan, menyembunyikan para kombatan untuk menghindari eskalasi, hingga mengurusi dan mengobati mereka yang terluka. Namun, konflik selalu dilihat dengan cara yang maskulin sehingga peran ini sering tidak diperhitungkan. Terlebih lagi perempuan adalah salah satu kelompok yang paling merasakan dampak perang tetapi malah sering diabaikan oleh para pengambil kebijakan dan penjaga perdamaian di masa pasca konflik. Di episode ini, kita akan mendengarkan cerita dari Laila Juari, seorang perempuan pekerja kemanusiaan di RPuK Aceh, mengenai pengalamannya mendampingi perempuan di masa pasca konflik.

Ep 5 – Reply Mei 1998

Ketika demonstrasi meletus pada pertengahan Mei 1998, terjadi pengrusakan properti dan kekerasan seksual yang menargetkan etnis Tionghoa. Sampai saat ini, kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan Tionghoa tidak diakui kebenarannya. Sentimen rasis terhadap etnis Tionghoa ada jauh sebelum Indonesia merdeka dan masih hidup sampai sekarang, jika tidak dipelihara untuk tujuan tertentu. Episode ini menghadirkan Andy Yentriyani, Ketua Komnas Perempuan dan Kevin, pegiat kolektif Suara Peranakan.

simak pula

simak 1600 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966

Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

14542544_1036993449746974_4443364972569517121_o
13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o
13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)

Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s