Zaman Bergerak dan Kisah-kisah ‘Nation’ Dalam Tetralogi Buru Karya Pramoedya Ananta Toer

Sinopsis ‘Tetralogi Pulau Buru’ Karya Pramoedya Ananta Toer – cnnindonesia

PRAMOEDYA ANANTA TOER | SANG PEMULA YANG “MENEMUKAN” TIRTO ADHI SOERJO

 Mengingat Tirto Adhi Soerjo – Fokus CNN Indonesia

Kisah Kebingungan Pramoedya Ananta Toer Soal Tirto

Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers yang Dilupakan

Surat Rahasia Mata-mata Belanda tentang Tirto

Hilang Jejak Tirto Sepulang dari Pembuangan di Ambon

Bung Hatta Hingga Ki Hajar Dewantara Mengenang Tirto

Jejak Langkah Indonesia Hadir di Bumi Manusia: Pramoedya & Embrio Kebangsaan – Arif Novianti  

Pramoedya Ananta Toer

“Arti Penting Sejarah”, Pidato Pramoedya Ananta Toer pada peluncuran ulang Media Kerja Budaya (14 Juli 1999)

Maaf Atas Nama Pengalaman

Sejarah Modern Indonesia – Pramoedya Ananta Toer 1964

*******

Pram sebagai Sejarawan – Asvi Warman Adam

Mempertemukan Sartono Kartodirdjo dengan Pram – Asvi Warman Adam

Pramoedya dan Historiografi Indonesia – Hilmar Farid

He wept for Indonesia – Hilmar Farid

Pramoedya the writer was also an historian who loved his country.

Rewriting The Nation : Pramoedya Ananta Toer and The Politics of Decolonization – Hilmar Farid Setiadi; A Thesis Submitted for Degree Of Doctor of Philosophy

Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia

Sejarah Indonesia Modern ala Pram – Rio Heykhal

DvY-NzTVsAIAIYA.jpg

 

Historiografi Pramoedya: Kritik atas Nasionalisme dan Genealogi Indonesia – Wildan Sena Utama

‘Tetralogi Buru, Kisah-kisah Nasion’ Gemuruh Bumi Manusia : Gelora Abad Pengetahuan, Gejolak Abad Rakyat

(proyek rupa)

Sungguh bodoh dan merugi, terus menerus menunda, mengulur waktu untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai beberapa tahun lalu. Lagi pula momentumnya sudahlah tepat Seabad Pramoedya Ananta Toer 1925-2025

Masih lama? Rasanya tidak bagi saya untuk kembali belajar tentang perjuangan dan Indonesia, tentang sastra, kebudayaan dan sejarah. Gemuruh Bumi Manusia : Gelora Abad Pengetahuan, Gejolak Abad Rakyat dibawah ini adalah inisiatif yang akan telah kuambil dan kutunda-tunda itu

Saya juga mengajak teman-teman untuk membangun inisiatif atau prakarsa serupa dalam beragam bentuk aktifitas baik individu maupun inisiatif kolektif.Bagi saya keduanya berhak mendapat tempat dan penting. Biarlah pula seribu bunga bertumbuhan, bermekaran dan bercumbuan.



Gemuruh Bumi Manusia : Gelora Abad Pengetahuan, Gejolak Abad Rakyat (yang akhirnya saya pilih sebagai nama proyek karya rupa ini). Barangkali itulah jawaban saya untuk pertanyaan “Kenapa (dalam proyek karya rupa kali ini dipilih) Tetralogi Novel Sejarah Pulau Buru atau kenapa Pram dan pada akhirnya kenapakenapa Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo?

Ada paling tidak 6 kata kunci dalam pencarian saya dalam Tetralogi Buru. Nalar – (Produksi) Pengetahuan – Wacana Tanding (Counter-Hegemony) – Organisasi Massa – Boikot – Penghapusan Praktik Budaya Feodal. 3 yang pertama mewakili semangat jaman “Abad Nalar/Pengetahuan” dan 3 berikutnya mewakili “Abad Rakyat”. Meminjam Pamela Allan terutama dalam Jejak Langkah Minke (tokoh utama Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah) ‘mulai mencari pendekatan efektif untuk mengembalikan ‘agency’ kepada rakyat, dengan menggunakan 3 strategi organisasi massa, boikot dan penghapusan praktik budaya Jawa yang feudal’. Perlu dicatat bahwa berdasarkan penelitian Pram, Tirto adalah Sang Pemula yang menerbitkan korannya sendiri (koran bumiputera pertama selain juga pendiri koran/majalah perempuan pertama), organisasi ‘pergerakan’ pertama (Sarekat Prijaji dan Sarikat Dagang Islamijah) dan perusahaan bumi putera pertama yang berbentuk NV yakni NV Medan Prijaji.

Pram sendiri tentang pemilihan Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo sebagai sumber inspirasi untuk tokoh utama tetraloginya Minke menjelaskan ;

“R.M Tirto bukan saya maksudkan ditampilkan sebagai hero, tetapi sebagai individu yang telah melepaskan diri dari kebersamaan tradisional, yang berabad lamanya jadi penghambat progress. Ini nilai cultural yang telah dicapai oleh R.M Tirto. Sayang, bahwa setelah keluar dari kebersamaan agraris, ia belum sepenuhny berhasl melahirkan kebersamaan baru yang relevan karena usia tidak mengizinkan” (petikan surat Pram kepada Marjanne Termoshuizzen Arts, seperti dikutip Prof Koh Young Hun)

Selain itu Pram tentang karya-karyanya menyatakan “Dalam karya-karya saya, saya mencoba berkisah tentang tahap-tahap tertentu perjalanan bangsa ini dan mencoba menjawab; mengapa bangsa ini jadi begini? (Pramoedya Ananta Toer).

Pada akhirnya proyek ini membaca dan merepresentasi pembacaan saya atas tokoh utama kita Minke (dan pejumpaannya dengan tokoh-tokoh lainnya // ada 120 tokoh dalam Tetralogi), ‘biografi Tirto’, ‘biografi (pemikiran) Pram’ sekaligus ‘biografi sebuah nation/dunia pergerakan (modern)’ (walau dalam tahap embrionya……) 

* Proyek rupa ini sempat  terhenti dengan beberapa karya final hingga skets-skets yang sangat kasar, semata-mata dengan pertimbangan saya ingin lebih dulu mengkaji lebih mendalam perjalanan Pram dan karya-karya. Namun demikian apa yang sudah dihasilkan bagi saya sudah bisa memberi manfaat kepada publik. semoga

*Prakarsa ini sangat mungkin bertumbuh pula sejalan dengan proses belajar…



sang pemula


Dalam karya-karya saya, saya mencoba berkisah tentang tahap-tahap tertentu perjalanan bangsa ini dan mencoba menjawab; mengapa bangsa ini jadi begini? 

(Pramoedya Ananta Toer)

Membiarkan masa lalu menjelaskan masa kini 

(Pamella Allen tentang Tetralogi Buru). 

Rakyat (Jajahan) Bangkit Berjuang Menulis Sejarahnya Sendiri

 

“Sejarah memang bisa menggulung siapa saja, tetapi manusia bukanlah sepotong gabus yang setelah terombang-ambing dapat diempas ke daratan dan menjadi sampah di pantai.” (PAT)

 

“Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita.” (PAT) 

 

“Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.” (PAT)

 

“Setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus kalah tanpa kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang itu bisa dinamai pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah daripada menyerah” (PAT)

(Mumi) Raja-raja Kecil (Budak-budak Besar Kolonial) dan Piramida Kurban

Manusia Meminjam Pamela Allan terutama dalam Jejak Langkah Minke (tokoh utama Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah) ‘mulai mencari pendekatan efektif untuk mengembalikan ‘agency’ kepada rakyat, dengan menggunakan 3 strategi organisasi massa, boikot dan penghapusan praktik budaya Jawa yang feudal’.

“Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka “kemajuan” sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia. Rumah Kaca ― Pramoedya Ananta Toer

“Kau mengabdi pada tanah ini, tanah yang memberimu nasi dan air. Tapi para raja dan para pengeran dan para bupati sudah jual tanah keramat ini pada Belanda. Kau hanya baru sampai melawan para raja, para pangeran, dan para bupati. Satu turunan tidak bakal selesai. Kalau para raja, pangeran, dan bupati sudah dikalahkan, baru kau bisa berhadapan pada Belanda. Entah berapa turunan lagi. Tapi kerja itu mesti dimulai. Gadis Pantai– Pramoedya Ananta Toer

“Jangan kau mudah terpesona oleh nama-nama. Kan kau sendiri pernah bercerita padaku: nenek moyang kita menggunakan nama yang hebat-hebat, dan dengannya ingin mengesani dunia dengan kehebatannya—kehebatan dalam kekosongan. Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama, dia berhebat-hebat dengan ilmu pengetahuannya. Anak Semua Bangsa ― Pramoedya Ananta Toer

“Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain.” ,Jalan Raya Pos, Jalan Daendels― Pramoedya Ananta Toer

hasil bumi, pajak bumi, upeti mengalir sampai jauh

# jalan raya (penghisapan) dari masa ke masa#

Pemberontakkan Petani Trunodongso di Ladang Tebu – Gula Kolonial.

koeli pabrik gula
dibalik kekuasaan pemerintah kolonial dimana para priyayi (penguasa lokal) adalah kakitangannya, yang mengontrol serta mengendalikan adalah kekuatan modal. di dalam periode awal abad 20 sindikat perusahaan gula berperan cukup dominan. disisi yang lain kekuasaan gula ini dominan pula mempengaruhi kehidupan sosial, budaya bangsa jajahan. didalam seri karya rupa saya sudah lampirkan perlawanan trunodongso dan kawan-kawan karena perampasan oleh pabrik gula, disisi lain juga kisah tentang maraknya pernyanyian. orang-orang bumiputera yang demi kedudukan dan jabatan, men’jual’ anak putrinya dll. yang pasti ia berkontribusi atas kemiskinan rakyat dan langgengnya sistim dan budaya penindasan

Rantai Penindasan Ekonomi Gula Kolonial – Tuan Administratur dan Sastrotomo Kasir Pabrik Gula. 


Demi meraih jabatan kasir (juru bayar) dan tentunya kekayaan di kemudian hari, Sastrotomo rela ‘menjual’ anak gadisnya Sanikem (kelak Nyai Ontosoroh). Kisah Sastrotomo adalah juga kisah para pejabat (priyayi) yang rela menjilat, menjual negerinya, menyingkirkan kaum tani, menghisap rakyat (kaum buruh) untuk kepentingan dirinya dan ‘tuan-tuan’nya.

Nyai Ontosoroh, Dari Perempuan Dihinakan (yang ‘dijual’ ayahnya demi jabatatan juru bayar kepada tuan administratur gula kolonial menjadi Perempuan Pembelajar, Perempuan Mandiri, Perempuan Pemberani, Perempuan Zaman Baru

Doenia Bergerak // Kotak Pandora ‘Revolusi’ Transportasi (Perkereta Apian) dan Informasi (Percetakan dan Persuratkabaran). Teknologi Sebagai Aspal Jalan Kemajuan Kejiwaan Rakyat Jajahan.

 

 

 

Sang Pemula (RA Kartini – Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo) 

*door duisternis tot licht = habis gelap terbitlah terang ** Medan Priyayi – koran pertama yang sepenuhnya dikelola dan dimiliki kaum bumi putera (didirikan oleh Tirto Adhi Suryo)

 

Bahasa (Nalar, Pengetahuan, Pendidikan, Organisasi) Sebagai Jalan

 

PIAH, Penerus Jejak Langkah TAS 
“Jangan menangis . Piah, dengarkan, jangan kau pergi dari sini sebelum majikanmu* datang. Jangan terima tamu siapa pun.”
“Sahaya takkan pergi, Juragan.”“Biar pun begitu ingin aku dengar kau bersumpah di hadapanku dan tuan-tuan ini.”Tiba-tiba ia berkongkok pada kakiku. Dengan suara lunak, mengandung protes:“Sampai hati Juragan menuntut sumpah dari sahaya? Sumpah untuk tuan sahaya, sumpah untuk pemimpin sahaya? Tidakkah cukup sahaya sebagai anggota Syarikat?”“Piah!” airmataku tak terbendung. Piah, babuku, anggota Syarikat! Anggota wanita kedua di antara lebih dari limapuluh ribu anggota pria. Aku bangun dan mendirikannya:“Mengapa kau, seorang anggota bersujud pada pimpinanmu?”“Sahaya merasa, Juragan akan pergi jauh dan takkan kembali”.(majikanmu yang dimaksud adalah Prinses van Kasiruta istri TAS – anggota perempuan pertama Syarikat. TAS memang akhirnya tak bisa lagi kembali ke dunia pergerakan setelah lepas dari pengasingan oleh pemerintah kolonial. Ia telah dihancurkan dan dipatahkan secara mental dan sosial oleh mesin-mesin represi kolonial, hingga kematiannya)dipetik dari bagian penutup JEJAK LANGKAH

perang puputan badung 1906

terinspirasi catatan perlawanan rakyat bali (badung) yang gagah dan gigih melawan ekspedisi militer pemerintah kolonial Belanda , seperti dikisahkan didalam tetralogi buru – khususnya jejak langkah (kemudian dibantu beberapa dokumentasi foto dari peristiwa tersebut)

 PIAH, Penerus Jejak Langkah TAS 

“Jangan menangis . Piah, dengarkan, jangan kau pergi dari sini sebelum majikanmu* datang. Jangan terima tamu siapa pun.”“Sahaya takkan pergi, Juragan.”

“Biar pun begitu ingin aku dengar kau bersumpah di hadapanku dan tuan-tuan ini.”

Tiba-tiba ia berkongkok pada kakiku. Dengan suara lunak, mengandung protes:

“Sampai hati Juragan menuntut sumpah dari sahaya? Sumpah untuk tuan sahaya, sumpah untuk pemimpin sahaya? Tidakkah cukup sahaya sebagai anggota Syarikat?”

“Piah!” airmataku tak terbendung. Piah, babuku, anggota Syarikat! Anggota wanita kedua di antara lebih dari limapuluh ribu anggota pria. Aku bangun dan mendirikannya:

“Mengapa kau, seorang anggota bersujud pada pimpinanmu?”

“Sahaya merasa, Juragan akan pergi jauh dan takkan kembali”.

(majikanmu yang dimaksud adalah Prinses van Kasiruta istri TAS – anggota perempuan pertama Syarikat. TAS memang akhirnya tak bisa lagi kembali ke dunia pergerakan setelah lepas dari pengasingan oleh pemerintah kolonial. Ia telah dihancurkan dan dipatahkan secara mental dan sosial oleh mesin-mesin represi kolonial, hingga kematiannya)

dipetik dari bagian penutup JEJAK LANGKAH

 

Tentang Zaman Bergerak

zaman-bergerak

tinjauan buku

Pergerakan Dengan Wajah Baru – Hilmar Farid

Zaman Bergerak – Pusham UII

ZAMAN BERGERAK (Analisis Historis tentang Awal Perjuangan Politik Indonesia Masa Kolonialisme 1912-1926 – M Harun Alrasyid

Glass House, Takashi Shiraishi, and Indonesian Studies in Motion: A Review – Rudolf  Mrázek

Fritjof Tichelman

Solusi Takashi untuk Negeri Ini – Historia

Budaya dan Politik Pada Jaman Pergerakan – Kajian Razif

simak pula

SEJARAH YANG DIHILANGKAN : SEMAOEN DAN KADIROEN DI PANGGUNG POLITIK ‘ZAMAN BERGERAK’ 

SEJARAH YANG DIHILANGKAN : SAMA RASA SAMA RATA MAS MARCO KARTODI KROMO DI ‘DOENIA BERGERAK’

Jejak  Henk Sneevliet di ‘Zaman Bergerak” : Seorang Marxis, Guru Pergerakan, Pendiri Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) Cikal Bakal Partai Komunis Indonesia (Sejarah Yang Dihilangkan)

 SEJARAH YANG DIHILANGKAN : “ISLAMISME DAN KOMUNISME” HADJI MOHAMMAD MISBACH DI ZAMANBERGERAK

Zaman Bergerak dan Pers Revolusioner : Dinamika Pers Pergerakan di Masa Hindia Belanda 1912-1926 [Sejarah Yang Dihilangkan]

Zaman Bergerak : Mozaik Sejarah Gerakan Buruh Indonesia 1905-1926 (Sejarah Yang Dihilangkan)

Aliarcham : Kita terima pembuangan ini sebagai Resiko Perjuangan (Boven Digoel) [Sejarah Yang Dihilangkan]

12 November 1926 Sangkakala Revolusi ‘Indonesia’ : Pemberontakan PKI Melawan Kolonialisme Belanda 1926-1927 [Sejarah Yang Dihilangkan]

Mozaik Jejak Digulis : Dari Pemberontakan, ‘Gulag’ Boven Digul hingga Komite Kemerdekaan di Australia [Sejarah yang Dihilangkan]

 

simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966

Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

14542544_1036993449746974_4443364972569517121_o
 
13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)
Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)

 

Bookmark and Share

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s