Sinopsis ‘Tetralogi Pulau Buru’ Karya Pramoedya Ananta Toer – cnnindonesia
PRAMOEDYA ANANTA TOER | SANG PEMULA YANG “MENEMUKAN” TIRTO ADHI SOERJO
Mengingat Tirto Adhi Soerjo – Fokus CNN Indonesia
Kisah Kebingungan Pramoedya Ananta Toer Soal Tirto
Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers yang Dilupakan
Surat Rahasia Mata-mata Belanda tentang Tirto
Hilang Jejak Tirto Sepulang dari Pembuangan di Ambon
Bung Hatta Hingga Ki Hajar Dewantara Mengenang Tirto
Jejak Langkah Indonesia Hadir di Bumi Manusia: Pramoedya & Embrio Kebangsaan – Arif Novianti
Pramoedya Ananta Toer
Sejarah Modern Indonesia – Pramoedya Ananta Toer 1964
*******
Pram sebagai Sejarawan – Asvi Warman Adam
Mempertemukan Sartono Kartodirdjo dengan Pram – Asvi Warman Adam
Pramoedya dan Historiografi Indonesia – Hilmar Farid
He wept for Indonesia – Hilmar Farid
Pramoedya the writer was also an historian who loved his country.
Max Lane: Pram Sejarawan Terbaik Indonesia
Sejarah Indonesia Modern ala Pram – Rio Heykhal
Historiografi Pramoedya: Kritik atas Nasionalisme dan Genealogi Indonesia – Wildan Sena Utama
‘Tetralogi Buru, Kisah-kisah Nasion’ Gemuruh Bumi Manusia : Gelora Abad Pengetahuan, Gejolak Abad Rakyat
(proyek rupa)
Sungguh bodoh dan merugi, terus menerus menunda, mengulur waktu untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai beberapa tahun lalu. Lagi pula momentumnya sudahlah tepat Seabad Pramoedya Ananta Toer 1925-2025
Masih lama? Rasanya tidak bagi saya untuk kembali belajar tentang perjuangan dan Indonesia, tentang sastra, kebudayaan dan sejarah. Gemuruh Bumi Manusia : Gelora Abad Pengetahuan, Gejolak Abad Rakyat dibawah ini adalah inisiatif yang akan telah kuambil dan kutunda-tunda itu
Saya juga mengajak teman-teman untuk membangun inisiatif atau prakarsa serupa dalam beragam bentuk aktifitas baik individu maupun inisiatif kolektif.Bagi saya keduanya berhak mendapat tempat dan penting. Biarlah pula seribu bunga bertumbuhan, bermekaran dan bercumbuan.
Gemuruh Bumi Manusia : Gelora Abad Pengetahuan, Gejolak Abad Rakyat (yang akhirnya saya pilih sebagai nama proyek karya rupa ini). Barangkali itulah jawaban saya untuk pertanyaan “Kenapa (dalam proyek karya rupa kali ini dipilih) Tetralogi Novel Sejarah Pulau Buru atau kenapa Pram dan pada akhirnya kenapakenapa Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo?
Ada paling tidak 6 kata kunci dalam pencarian saya dalam Tetralogi Buru. Nalar – (Produksi) Pengetahuan – Wacana Tanding (Counter-Hegemony) – Organisasi Massa – Boikot – Penghapusan Praktik Budaya Feodal. 3 yang pertama mewakili semangat jaman “Abad Nalar/Pengetahuan” dan 3 berikutnya mewakili “Abad Rakyat”. Meminjam Pamela Allan terutama dalam Jejak Langkah Minke (tokoh utama Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah) ‘mulai mencari pendekatan efektif untuk mengembalikan ‘agency’ kepada rakyat, dengan menggunakan 3 strategi organisasi massa, boikot dan penghapusan praktik budaya Jawa yang feudal’. Perlu dicatat bahwa berdasarkan penelitian Pram, Tirto adalah Sang Pemula yang menerbitkan korannya sendiri (koran bumiputera pertama selain juga pendiri koran/majalah perempuan pertama), organisasi ‘pergerakan’ pertama (Sarekat Prijaji dan Sarikat Dagang Islamijah) dan perusahaan bumi putera pertama yang berbentuk NV yakni NV Medan Prijaji.
Pram sendiri tentang pemilihan Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo sebagai sumber inspirasi untuk tokoh utama tetraloginya Minke menjelaskan ;
“R.M Tirto bukan saya maksudkan ditampilkan sebagai hero, tetapi sebagai individu yang telah melepaskan diri dari kebersamaan tradisional, yang berabad lamanya jadi penghambat progress. Ini nilai cultural yang telah dicapai oleh R.M Tirto. Sayang, bahwa setelah keluar dari kebersamaan agraris, ia belum sepenuhny berhasl melahirkan kebersamaan baru yang relevan karena usia tidak mengizinkan” (petikan surat Pram kepada Marjanne Termoshuizzen Arts, seperti dikutip Prof Koh Young Hun)
Selain itu Pram tentang karya-karyanya menyatakan “Dalam karya-karya saya, saya mencoba berkisah tentang tahap-tahap tertentu perjalanan bangsa ini dan mencoba menjawab; mengapa bangsa ini jadi begini? (Pramoedya Ananta Toer).
Pada akhirnya proyek ini membaca dan merepresentasi pembacaan saya atas tokoh utama kita Minke (dan pejumpaannya dengan tokoh-tokoh lainnya // ada 120 tokoh dalam Tetralogi), ‘biografi Tirto’, ‘biografi (pemikiran) Pram’ sekaligus ‘biografi sebuah nation/dunia pergerakan (modern)’ (walau dalam tahap embrionya……)
* Proyek rupa ini sempat terhenti dengan beberapa karya final hingga skets-skets yang sangat kasar, semata-mata dengan pertimbangan saya ingin lebih dulu mengkaji lebih mendalam perjalanan Pram dan karya-karya. Namun demikian apa yang sudah dihasilkan bagi saya sudah bisa memberi manfaat kepada publik. semoga
*Prakarsa ini sangat mungkin bertumbuh pula sejalan dengan proses belajar…
sang pemula
Dalam karya-karya saya, saya mencoba berkisah tentang tahap-tahap tertentu perjalanan bangsa ini dan mencoba menjawab; mengapa bangsa ini jadi begini?
(Pramoedya Ananta Toer)
Membiarkan masa lalu menjelaskan masa kini
(Pamella Allen tentang Tetralogi Buru).
Rakyat (Jajahan) Bangkit Berjuang Menulis Sejarahnya Sendiri
“Sejarah memang bisa menggulung siapa saja, tetapi manusia bukanlah sepotong gabus yang setelah terombang-ambing dapat diempas ke daratan dan menjadi sampah di pantai.” (PAT)
“Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita.” (PAT)
“Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.” (PAT)
“Setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus kalah tanpa kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang itu bisa dinamai pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah daripada menyerah” (PAT)
(Mumi) Raja-raja Kecil (Budak-budak Besar Kolonial) dan Piramida Kurban
Manusia Meminjam Pamela Allan terutama dalam Jejak Langkah Minke (tokoh utama Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah) ‘mulai mencari pendekatan efektif untuk mengembalikan ‘agency’ kepada rakyat, dengan menggunakan 3 strategi organisasi massa, boikot dan penghapusan praktik budaya Jawa yang feudal’.
“Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka “kemajuan” sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia. Rumah Kaca ― Pramoedya Ananta Toer
“Kau mengabdi pada tanah ini, tanah yang memberimu nasi dan air. Tapi para raja dan para pengeran dan para bupati sudah jual tanah keramat ini pada Belanda. Kau hanya baru sampai melawan para raja, para pangeran, dan para bupati. Satu turunan tidak bakal selesai. Kalau para raja, pangeran, dan bupati sudah dikalahkan, baru kau bisa berhadapan pada Belanda. Entah berapa turunan lagi. Tapi kerja itu mesti dimulai. Gadis Pantai– Pramoedya Ananta Toer
“Jangan kau mudah terpesona oleh nama-nama. Kan kau sendiri pernah bercerita padaku: nenek moyang kita menggunakan nama yang hebat-hebat, dan dengannya ingin mengesani dunia dengan kehebatannya—kehebatan dalam kekosongan. Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama, dia berhebat-hebat dengan ilmu pengetahuannya. Anak Semua Bangsa ― Pramoedya Ananta Toer
“Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain.” ,Jalan Raya Pos, Jalan Daendels― Pramoedya Ananta Toer
hasil bumi, pajak bumi, upeti mengalir sampai jauh
# jalan raya (penghisapan) dari masa ke masa#
Pemberontakkan Petani Trunodongso di Ladang Tebu – Gula Kolonial.
koeli pabrik gula
dibalik kekuasaan pemerintah kolonial dimana para priyayi (penguasa lokal) adalah kakitangannya, yang mengontrol serta mengendalikan adalah kekuatan modal. di dalam periode awal abad 20 sindikat perusahaan gula berperan cukup dominan. disisi yang lain kekuasaan gula ini dominan pula mempengaruhi kehidupan sosial, budaya bangsa jajahan. didalam seri karya rupa saya sudah lampirkan perlawanan trunodongso dan kawan-kawan karena perampasan oleh pabrik gula, disisi lain juga kisah tentang maraknya pernyanyian. orang-orang bumiputera yang demi kedudukan dan jabatan, men’jual’ anak putrinya dll. yang pasti ia berkontribusi atas kemiskinan rakyat dan langgengnya sistim dan budaya penindasan
Rantai Penindasan Ekonomi Gula Kolonial – Tuan Administratur dan Sastrotomo Kasir Pabrik Gula.
Demi meraih jabatan kasir (juru bayar) dan tentunya kekayaan di kemudian hari, Sastrotomo rela ‘menjual’ anak gadisnya Sanikem (kelak Nyai Ontosoroh). Kisah Sastrotomo adalah juga kisah para pejabat (priyayi) yang rela menjilat, menjual negerinya, menyingkirkan kaum tani, menghisap rakyat (kaum buruh) untuk kepentingan dirinya dan ‘tuan-tuan’nya.
Nyai Ontosoroh, Dari Perempuan Dihinakan (yang ‘dijual’ ayahnya demi jabatatan juru bayar kepada tuan administratur gula kolonial menjadi Perempuan Pembelajar, Perempuan Mandiri, Perempuan Pemberani, Perempuan Zaman Baru
Doenia Bergerak // Kotak Pandora ‘Revolusi’ Transportasi (Perkereta Apian) dan Informasi (Percetakan dan Persuratkabaran). Teknologi Sebagai Aspal Jalan Kemajuan Kejiwaan Rakyat Jajahan.
Sang Pemula (RA Kartini – Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo)
*door duisternis tot licht = habis gelap terbitlah terang ** Medan Priyayi – koran pertama yang sepenuhnya dikelola dan dimiliki kaum bumi putera (didirikan oleh Tirto Adhi Suryo)
Bahasa (Nalar, Pengetahuan, Pendidikan, Organisasi) Sebagai Jalan
PIAH, Penerus Jejak Langkah TAS
“Jangan menangis . Piah, dengarkan, jangan kau pergi dari sini sebelum majikanmu* datang. Jangan terima tamu siapa pun.”“Sahaya takkan pergi, Juragan.”“Biar pun begitu ingin aku dengar kau bersumpah di hadapanku dan tuan-tuan ini.”Tiba-tiba ia berkongkok pada kakiku. Dengan suara lunak, mengandung protes:“Sampai hati Juragan menuntut sumpah dari sahaya? Sumpah untuk tuan sahaya, sumpah untuk pemimpin sahaya? Tidakkah cukup sahaya sebagai anggota Syarikat?”“Piah!” airmataku tak terbendung. Piah, babuku, anggota Syarikat! Anggota wanita kedua di antara lebih dari limapuluh ribu anggota pria. Aku bangun dan mendirikannya:“Mengapa kau, seorang anggota bersujud pada pimpinanmu?”“Sahaya merasa, Juragan akan pergi jauh dan takkan kembali”.(majikanmu yang dimaksud adalah Prinses van Kasiruta istri TAS – anggota perempuan pertama Syarikat. TAS memang akhirnya tak bisa lagi kembali ke dunia pergerakan setelah lepas dari pengasingan oleh pemerintah kolonial. Ia telah dihancurkan dan dipatahkan secara mental dan sosial oleh mesin-mesin represi kolonial, hingga kematiannya)dipetik dari bagian penutup JEJAK LANGKAH
perang puputan badung 1906
terinspirasi catatan perlawanan rakyat bali (badung) yang gagah dan gigih melawan ekspedisi militer pemerintah kolonial Belanda , seperti dikisahkan didalam tetralogi buru – khususnya jejak langkah (kemudian dibantu beberapa dokumentasi foto dari peristiwa tersebut)
PIAH, Penerus Jejak Langkah TAS
“Jangan menangis . Piah, dengarkan, jangan kau pergi dari sini sebelum majikanmu* datang. Jangan terima tamu siapa pun.”“Sahaya takkan pergi, Juragan.”
“Biar pun begitu ingin aku dengar kau bersumpah di hadapanku dan tuan-tuan ini.”
Tiba-tiba ia berkongkok pada kakiku. Dengan suara lunak, mengandung protes:
“Sampai hati Juragan menuntut sumpah dari sahaya? Sumpah untuk tuan sahaya, sumpah untuk pemimpin sahaya? Tidakkah cukup sahaya sebagai anggota Syarikat?”
“Piah!” airmataku tak terbendung. Piah, babuku, anggota Syarikat! Anggota wanita kedua di antara lebih dari limapuluh ribu anggota pria. Aku bangun dan mendirikannya:
“Mengapa kau, seorang anggota bersujud pada pimpinanmu?”
“Sahaya merasa, Juragan akan pergi jauh dan takkan kembali”.
(majikanmu yang dimaksud adalah Prinses van Kasiruta istri TAS – anggota perempuan pertama Syarikat. TAS memang akhirnya tak bisa lagi kembali ke dunia pergerakan setelah lepas dari pengasingan oleh pemerintah kolonial. Ia telah dihancurkan dan dipatahkan secara mental dan sosial oleh mesin-mesin represi kolonial, hingga kematiannya)
dipetik dari bagian penutup JEJAK LANGKAH
Tentang Zaman Bergerak
tinjauan buku
Pergerakan Dengan Wajah Baru – Hilmar Farid
Zaman Bergerak – Pusham UII
ZAMAN BERGERAK (Analisis Historis tentang Awal Perjuangan Politik Indonesia Masa Kolonialisme 1912-1926 – M Harun Alrasyid
Glass House, Takashi Shiraishi, and Indonesian Studies in Motion: A Review – Rudolf Mrázek
Fritjof Tichelman
Solusi Takashi untuk Negeri Ini – Historia
Budaya dan Politik Pada Jaman Pergerakan – Kajian Razif
simak pula
SEJARAH YANG DIHILANGKAN : SEMAOEN DAN KADIROEN DI PANGGUNG POLITIK ‘ZAMAN BERGERAK’
SEJARAH YANG DIHILANGKAN : SAMA RASA SAMA RATA MAS MARCO KARTODI KROMO DI ‘DOENIA BERGERAK’
SEJARAH YANG DIHILANGKAN : “ISLAMISME DAN KOMUNISME” HADJI MOHAMMAD MISBACH DI ZAMANBERGERAK
Zaman Bergerak : Mozaik Sejarah Gerakan Buruh Indonesia 1905-1926 (Sejarah Yang Dihilangkan)
simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)


