MEMPERTANYAKAN FILM NASIONAL – Adrian Jonathan Pasaribu
Film Indonesia Minus Kiri – Muhidin M Dahlan
Film-film Kiri yang Dikebiri – detikX
Hampir semua film karya sutradara-sutradara yang dicap punya hubungan dengan PKI dimusnahkan. Kini hanya tersisa satu film yang masih bisa ditonton.
Ada nama Bachtiar Siagian terselip di antara para penerima Anugerah Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada September 2016. Satu hal yang tak akan mungkin terjadi pada masa Presiden Soeharto.
Menurut Kementerian Kebudayaan, Bachtiar adalah “salah satu pembaru dalam penyutradaraan dan penulisan skenario film yang berlandaskan realitas sosial sebagai kekuatan ekspresi”. Untuk Anugerah Kebudayaan kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru ini, nama Bachtiar bersanding dengan bintang film Widyawati Sophiaan, Candra Darusman, Leo Kristi, dan perupa Semsar Siahaan (almarhum), tetangga dan teman Bachtiar.
“Kami sebagai keluarga tentu menghargai anugerah itu,” kata Indra Porhas Siagian, putra Bachtiar, beberapa hari lalu. Sepanjang hidupnya, Bachtiar, yang berpulang pada 19 Maret 2002, sudah menyutradarai puluhan film, menulis puluhan naskah skenario film dan drama, juga menulis lagu, novel, dan puisi. Menurut Bunga Siagian, adik kandung Indra, pematung Dolorosa Sinaga-lah salah satu yang menyokong Anugerah Kebudayaan untuk ayahnya.
Sekarang barangkali hanya segelintir orang pernah dengar nama Bachtiar Siagian. Selama Orde Baru, nama Bachtiar, juga sutradara-sutradara yang diberi stempel ‘kiri’, seperti Basuki Effendy, Kotot Sukardi, dan Tan Sing Hwat alias Tandu Honggonegoro, memang disetip dari sejarah perfilman di negeri ini. Padahal pada 1960-an, nama Bachtiar Siagian sering dianggap setara dengan Usmar Ismail, bapak film Indonesia.
Sebelum Bachtiar menerima Anugerah Kebudayaan, setahun sebelumnya Kementerian Pendidikan memberikan Satyalancana Kebudayaan kepada Kotot Sukardi. Sutradara ‘kiri’ ini dianggap menjadi perintis pembuatan film anak-anak lewat karyanya, seperti Si Pintjang dan Layang-layangku Putus.
Tapi sayang, nyaris tak ada lagi film karya sutradara-sutradara ‘kiri’ ini yang kini bisa dinikmati. Setelah geger 1965, hampir semua karya mereka dimusnahkan. Hanya tersisa satu film, yakni Violetta, dari sekitar 30 film karya sutradara-sutradara ‘kiri’ ini yang masih bisa ditonton. Naskah skenario Violetta, yang diproduksi pada 1962, ditulis oleh Bachtiar Siagian. Dia pulalah yang menyutradarai film yang dibintangi oleh Fifi Young, Bambang Hermanto, dan Rima Melati ini.
Jejak Seniman LEKRA Bachtiar Siagian Yang Dilenyapkan : Dari Drama Batu Merah Lembah Merapi,Film Tunrang hingga Violetta
kompilasi
(1)
KOTOT SUKARDI
(2)
Berniat memenuhi kebutuhan film untuk anak-anak, Perusahaan Film Negara (PFN) memproduksi film Si Pintjang pada 1951. “Dalam soal film anak-anak ini, Perusahaan Film Negara telah mempelopori membuatnya untuk ikut memberikan gambaran sebagian dari watak anak-anak yang beribu-ribu macam watak,” tulis Minggu Pagi, 9 September 1951.
Kotot Sukardi, sutradara dan penulis skenario Si Pintjang, memberi anak-anak terlantar ruang berekspresi. Dia mempercayakan pemeran utama film pada anak-anak itu. Cerita utama film pun seputar kehidupan anak-anak, korban pendudukan Jepang. Perang memisahkan mereka dari orangtua dan saudara kandung.
Tayang pada 1952, Si Pintjang hanya beroleh sedikit apresiasi. Salahsatunya dari Usmar Ismail, tokoh sohor perfilman Indonesia. “Si Pintjang film Kotot Sukardi yang pertama sebagai sutradara mempunyai arti penting karena pemakaian anak sebagai pemain dengan secara efektif,” tulis Usmar dalam Usmar Ismail Mengupas Film. Apresiasi lebih justru datang dari luar negeri. Panitia Festival Film Internasional Praha, Cekoslowakia, memberi Si Pintjang penghargaan pada 1952.
selengkapnya Film Anak Riwayatmu Dulu – historia.id
SUTRADARA FILM, SANG PERINTIS PEMBUATAN FILM ANAK-ANAK
Antara doeloe : “Si Pintjang” ke film festival di Praha
Demikianlah, jika sejarah kita adalah sejarah “daftar”, Kotot Sukardi adalah langganan daftar itu. Di film, ia adalah “seniman daftar”; di sastra, ia juga “sastrawan daftar”. Di buku sejarah nasional, ia juga penghuni daftar “hantu sejarah”. Kecuali Si Pintjang yang oleh web Filmindonesia.or.id masih bisa dilihat fisiknya di Sinematek Indonesia, Jakarta, tak ada karya film Kotot yang bisa ditonton dan tak mudah menemukan karya sastranya untuk dibaca.
selengkapnya Kotot Sukardi dan Satyalancana Kebudayaan – Muhidin M Dahlan
Filmografi Kotot Sukardi
simak film Si Pintjang disini
‘Hantu Sejarah’ : Sutradara Lekra Kotot Sukardi, Perintis Film Anak Indonesia