Jejak Langkah Oey Hay Djoen [Tapol 001] : Dari Gerilyawan Kota, Parlemen, Buru hingga Buku (1929-2008)

Film Tjidurian 19: Rumah
Budaya yang Dirampas (Seized Culture House)

Cerita Soal Markas Lekra- tempo

Kediaman Oey Hay Djoen, anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang juga menjadi wakil rakyat dari Partai Komunis Indonesia, dihibahkan untuk dijadikan markas Lekra. Dulu, alamatnya di Jalan Cidurian 19, bilangan Menteng, Jakarta Pusat.

Arena Berkesenian Lekradi Jalan Cidurian 19 – cnn indonesia

foto oleh Robmirah (dari karya sketsa Peter Gentur)

 Di Pulau Buru ia ditempatkan di Unit III yang dikenal sebagai unit die hard bersama Pramoedya Ananta Toer dan Rivai Apin. Sikap kerasnya menyambung perlawanan kaum naturalisten yang tidak mau bekerjasama dengan penguasa kolonial di Boven Digoel 40 tahun sebelumnya. Ia tetap membaca dan berkarya, antara lain menerjemahkan karya klasik Plato, Republic, dari edisi buku saku berbahasa Inggris dan panduan akupunktur yang disusun Felix Mann, pendiri dan ketua pertama Medical Acupuncture Society. Tapi kerja intelektual ini berimbang dengan kerja fisik. Hersri Setiawan, yang juga ditahan di Pulau Buru, dalam pidato untuk menghormati Oey bercerita bahwa Oey yang tidak punya latar belakang petani pernah memenangkan lomba menanam benih di sawah yang baru digarap. Oey termasuk rombongan terakhir yang dilepas dari Pulau Buru bersama Pramoedya, Rivai Apin, Hasjim Rachman dan Karel Supit. Penguasa militer terus terang bilang bahwa mereka adalah rombongan die hard yang harus dipisahkan dari tahanan lain.

…….
 
 “Kita tidak mungkin melakukan semua hal. Kemampuan kita ada batasnya. Yang penting adalah bagaimana mengorganisasi kekuatan kita yang terbatas ini.” Sering ia menyitir ucapan Njoto, sahabat dan gurunya, “ibarat kerikil yang dilempar dalam air. Jika kita genggam kerikil dan melemparnya ke air, maka permukaan air akan kacau. Tapi jika kita melempar satu kerikil ke tengah air, maka riaknya akan terus bergelombang ke tepian.”

 baca selengkapnya  Mengenang
Oey Hay Djoen (1929-2008) – Hilmar Farid

 

 

 

Dari Lensa Oey Hay Djoen – “Geliat Republik Baru” (1950 – 1965)

*jejak langkah Oey
Hay Djoen seiring Geliat Republik Baru (cat admin)

diproduksi oleh
ISSI

Sejak 2005
Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) diberi kepercayaan untuk merawat ratusan foto dari koleksi keluarga Oey Hay Djoen. Foto-foto ini menggambarkan perjalanan hidup Oey Hay Djoen beserta keluarganya dan berbagai aktifitas politik dan kebudayaan yang berlangsung antara 1955-1965. ISSI bersama seniman grafis Alit Ambara menyusun rangkaian foto dari dua sisi sejarah: sejarah keluarga dan sejarah bangsa untuk memperlihatkan persinggungan antar keduanya dan pengaruh yang satu terhadap yang lain. Rangkaian foto ini juga disusun berdasarkan tema-tema yang tercantum di dalam silabus pengajaran sejarah di sekolah menengah. Secara keseluruhan situs ini diharapkan akan dapat membantu para guru dan siswa untuk mempelajari sejarah Indonesia dengan bahan-bahan penunjang yang beragam bentuk maupun isinya.




 

Tujuh Tokoh Terima GusDur Award – nu.or.id

*satu diantaranya diberikan kepada Oey Hay Djoen

2 tulisan (feature dan opini)
serta puisi Oey Hay Djoen

MARX HOUSE

 

Pasaran Bersama Eropa: Suatu Revolusi Dalam Pola Perdagangan Dunia?

sumber: Sosialisme Hari Ini dan Hari Esok Bangsa-Bangsa, 1963


poster nobodycorps internationale unlimited

PUISI-PUISI OEI HAY DJOEN

(disalin dari lampiran
Orbituari yang ditulis JJ Kusni)

TITIPAN

melesat

dua kali melesat

bayangan

seperti anak panah

mengarah dan mengenai

sasaran

sajak a la haiku

ira iramanto

2007

YANG TIDAK MAU
KETINGGALAN

1.

batang-batang bambu
dikumpulkan

lubang besar buatan
meteor

langit ketujuh sudah
dibuka (kembali)

2.

padi bunting merunduk ke
tanah

burung sriti pulang ke
sarang

sang kekasih menengadah
bulan

3.

kelelawar penuhi gua

di kelenteng sembahyang
rebutan

orang bertapa digigit
nyamuk

4.

lentera disusun
bersab-sab

gelombang tinggi
mengekang nelayan

berotak udang di
mana-mana

ira iramanto

2008

SATU

seruling merindukan
priangan

si kabayan menolong orang

kereta api menembus
trowongan

DUA

berisik di kamar sebelah

goyang rumput di hembus
angin

al maut menjemput nyawa

TIGA

air terjun tumpah
menderu-deru

ada anak merenung nasib

pencerahan tak kunjung
datang

EMPAT

sejuk pagi hari

periba datang menagih

burung besi terbang lalu

LIMA

gemerincing logam
dihitung-hitung

gelombang pasang
menjadi-jadi

berdamai dengan kematian

ENAM

ada srigala berburu
mangsa

peziazah memungut bunga
melati

rezeki menunggu di ujung
jalan

TUJUH

genjer-genjer lembah
gemulai

gunung meledak marah
merah

gambar telentang
diinjak-injak orang

DELAPAN

kunang-kunang bermain
terang

tak kunjung pulang si
anak hilang

berdangdut rian di pasar
malam

SEMBILAN

kuku harimau diikat emas
putih

jago silat siap berlaga

banjir bandang menyapu
bersih

SEPULUH

gereja di atas bukit

ikan berlompatan dalam
kolam

pasukan pulang dari medan
perang

WELASAN

memang sepuluh ditambah
satu

meratapi orang yang
dipanggil pulang

omong kosong disepuh emas

di saiang bolong

orang terkapar di tengah
pasar

dikutuk sesat
bertubi-tubi

layangan bersambit-sambitan

pahlawan pulang
berarah-darah

rumput bergoyang hanya
sekali

ira iramanto

2008

 

foto oleh Robmirah (dari acara Mengenang 10 Tahun Meninggalnya Oey Hay Djoen)

 

Beberapa karya
terjemahan Oey Hay Djoen (dari sekitar 30an buku)

 

(sebagian besat diterbitkan oleh Hasta Mitra dan Ultimus

 

KARL MARX – Brumaire XVIII Louis Bonaparte;
KARL MARX – KAPITAL Buku 02; Proses Sirkulasi Kapital;
KARL MARX – KAPITAL Buku 03; Proses Produksi Kapitalist
Secara Menyeluruh;
KARL MARX – Kemiskinan Filsafat;
KARL MARX – Kerja Upahan dan Kapital;
KARL MARX – Upah Harga dan Laba;
KARL MARX – Asal-usul Kapitalis
Industri;
Marx & Engels – Keluarga Suci;
Marx & Engels – Manifesto Partai Komunis;
FREDERIC ENGELS – Ludwig Feuerbach dan Akhir Filsafat
Klasik Jerman;
FREDERIC ENGELS – Anti Duhring;
FREDERIC ENGELS – Masalah Perumahan;
FREDERIC ENGELS – Perang Tani di Jerman;
FREDERIC ENGELS – Tentang Das Kapital Marx;
FREDERICK ENGELS – Dialektika Alam;
G.V. Plekhanov – Masalah2 Dasar Marxisme;
G.V. Plekhanov – Seni & Kehidupan Sosial;
G.V. Plekhanov – Sosialisme Utopian Abad XIX

 

 

 

Orbituari dan Kesan Perjumpaan

Akhir Perjalanan Sang 001 – Amarsan Loebis

OBITUARI
Selamat Jalan Oey Hay Djoen – JJ. Kusni

Pak Oey dan Sumbangan Akademiknya – Ulil Abshar Abdalla

Oey Hay Djoen : ‘TokohKebangsaan’ – Ibrahim Isa 

Pelurusan Sejarah, Mungkinkah? – F Pascaries

Siapa MauJadi Penerjemah ? – F Pascaries

liputan koran

Oey Hay Djoen: Cerita Soal ‘Tahanan Politik 001’ – cnn indonesia

Bringing ‘Das Kapital’ to Indonesia – Evi Mariani

Kapital Marx MenyapaIndonesia – Gatra

Hanya dalam delapan bulan, Oey Hay Djoen berhasil merampungkan penerjemahan Das Kapital ke dalam bahasa Indonesia. Setelah 138 tahun jadi misteri, kini karya besar Karl Marx itu terbuka lebar untuk pembaca Indonesia. Masih relevankah?

simak juga wawancara Ini
Kultural, Bukan Politik

unduh

A Pouring Out of Words: Das Kapital in Bahasa Indonesia Translation

Ramon Guillermo

journals.ateneo.edu

Due to the recent global crises, Karl Marx’s fundamental work, Das Kapital (1867), has seen a resurgent interest. This renewed interest has also resulted in the production of several new translations of this work into various languages. It was quite a coincidence therefore that the first complete translation into Bahasa Indonesia was published as Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Politik in Jakarta by the Hasta Mitra Press in 2004. The translator was Oey Hay Djoen (1929-2008), an activist and former political prisoner on Buru island during the Soeharto Orde Baru regime. According to Oey, he used Ben Fowkes’s English translation for the Penguin edition (1971) as the primary basis for his own translation. Oey also translated the second and third volumes of Das Kapital into Bahasa Indonesia aside from numerous other works by Marx and Engels. Focusing exclusively on the celebrated first chapter of Das Kapital (volume 1), this study will attempt a preliminary translation analysis of Oey’s Bahasa Indonesia translation.

simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966

Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)

14542544_1036993449746974_4443364972569517121_o
 
13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)
Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)
Bookmark and Share

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s