Mengubah Kesedihan Menjadi Kekuatan : Sarmadji, Buku dan Pusat Dokumentasi Indonesia (Perdoi) #Eksil65

dari seri SUPERVIVERE – Elisabeth Ida
 
selengkapnya
 

** apa yang dilakukan dengan penuh dedikasi oleh Pak Sarmadji inilah, menjadi salah satu seumber inspirasi pembuatan Perpustakaan Online Genosida 1965-1966 ini. hormat kami.

 

Sarmadji sudah berprofesi sebagai guru saat ia dikirim ke Tiongkok untuk belajar tentang pendidikan anak di luar sekolah pada 1965. Setelah kejadian 30 September 1965, Sarmadji dituduh menjadi bagian dari komunis karena ia mengaku sebagai Soekarno-is. Pemerintah Indonesia pada masa itu mengambil paspornya dan ia tidak dapat kembali ke Indonesia.
Sarmadji tinggal di Tiongkok hingga ia berusia 45 tahun. Pada saat itu, ia memutuskan untuk pindah ke Belanda. Ia kemudian diterima sebagai warga negara Belanda, namun ia diharuskan untuk bekerja. Di usia yang tidak muda lagi, Sarmadji pun mencari pekerjaan dan diterima sebagaiburuh pemotong kaca di sebuah perusahaan. Di perusahaan itu pula ia bertemu dengan orang-orang Suriname yang pandai berbahasa Jawa. Oleh teman-teman Surinamenya itu pula, Sarmadji diminta untuk mengajarkan cara menulis dalam bahasa Jawa.
Dalam pergulatannya melawan orde baru, Sarmadji kemudian membuat Perkumpulan Dokumentasi Indonesia atau disingkat Perdoi. Perdoi memuat kumpulan arsip dan dokumentasi tentang sejarah Indonesia yang berkaitan dengan tragedi 65/66. Sekarang sekitar 20 orang Indonesia menjadi relawan untuk menjalankan perpustakaan tersebut. Perdoi dapat diakses oleh publik umum jika ada yang orang yang memerlukan data atau arsip yang berkaitan dengan sejarah 1965. Sarmadji bahkan bersedia memfotokopi beberapa dokumen jika ada yang membutuhkan.
Pria asal Solo yang kini berusia 83 tahun tersebut tidak menikah dan berketurunan. Selain mengurus Perdoi, Sarmadji dengan sukarela membantu mengurus cucu dari keluarga temannya, yang bahkan sudah ia anggap sudah seperti cucu sendiri. Sarmadji percaya untuk mengubah kesedihan menjadi kekuatan dan hal itulah yang tetap membuat Sarmadji bertahan.
 
 
 
 

Sore Bersama Pak Sarmadji – Nadaa Jauzaa

Sarmadji dari Perhimpunan Dokumentasi Indonesia di
Amsterdam
 
 



by Radio KUNCI (rekaman/audio wawancara 1 ½ jam)
 
Pak Sarmadji adalah seorang eksil politik  yang telah menetap di Belanda sejak pertengahan 70an. Ketika politik  Indonesia bergejolak di 1965, ia masih menjadi mahasiswa di Beijing.  Setelah pencabutan paspor dan kewarganegaraannya, oleh rezim Orde Baru,  ia terpaksa untuk tinggal di Beijing. Percakapan ini merekam sebagian  cerita hidupnya-perasaan terhadap Indonesia, yang berujung didirikannya  Perhimpunan Dokumentasi Indonesia. Percakapan ini berada di seputar penggunaan arsip sebagai sebuah cara untuk mengatasi kesedihan and  melankoli lainnya. Terlebih dari semua hal
tersebut, ia adalah sebuah  seni bertahan
dan tetap hidup di tengah kesulitan.




simak 



NESTAPA EKSIL1965, KLAYABAN DI ‘PENGASINGAN’

 

simak pustaka eksil selengkapnya

Klayaban di Negeri Asing – Kompilasi Kisah-kisah Para Eksil 1965 

1600 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966

perpustakaan online (1)
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)
 
Bookmark and Share

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s