The Indonesian Movement in the Netherlands Indies
Report by Comrade Semaoen
Pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Rusia dengan judul “Indiiskoe dvizhenie v Niderlandskoi Indii” dalam bentuk prosiding kongres (Moscow/Petrograd, 1922)
An Early Account of the Independence Movement
(Pengantar oleh R. T, McVey)
Di zaman pergerakan, pemimpin pergeraan berpikir, menulis, dan berkata serta bertindak sebagai orang pertama. Dicerahkan oleh kata-kata dan perbuatan mereka, rakyat melihat dunia dan bergerak. Akhirnya kita pun sekarang masih dapat melihat dunia mereka dengan mengikuti kata dan perbuatan mereka yang tergores dalam tulisan-tulisan yang mereka tinggalkan
(Takashi Shiraishi – Zaman Bergerak : Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926 – Grafiti Pers 2005)
Kemunculannya di panggung politik pergerakan dimulai di usia belia, 14 tahun. Saat itu, tahun 1914, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) afdeeling Surabaya. Setahun kemudian, 1915, bertemu dengan Sneevliet dan diajak masuk ke Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV) afdeeling Surabaya yang didirikan Sneevliet dan Vereeniging voor Spoor-en Tramwegpersoneel, serikat buruh kereta api dan trem (VSTP) afdeeling Surabaya. Pekerjaan di Staatsspoor akhirnya ditinggalkannya pada tahun 1916 sejalan dengan kepindahannya ke Semarang karena diangkat menjadi propagandis VSTP yang digaji. Penguasaan bahasa Belanda yang baik, terutama dalam membaca dan mendengarkan, minatnya untuk terus memperluas pengetahuan dengan belajar sendiri, hubungan yang cukup dekat dengan Sneevliet, merupakan faktor-faktor penting mengapa Semaoen dapat menempati posisi penting di kedua organisasi Belanda itu.
Di Semarang, ia juga menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa Melayu, dan Sinar Djawa-Sinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang. Semaoen adalah figur termuda dalam organisasi. Pada tahun belasan itu, ia dikenal sebagai jurnalis yang andal dan cerdas. Ia juga memiliki kejelian yang sering dipakai sebagai senjata ampuh dalam menyerang kebijakan-kebijakan kolonial.
Pada tahun 1918 dia juga menjadi anggota dewan pimpinan di Sarekat Islam (SI). Sebagai Ketua SI Semarang, Semaoen banyak terlibat dengan pemogokan buruh. Pemogokan terbesar dan sangat berhasil di awal tahun 1918 dilancarkan 300 pekerja industri furnitur. Pada tahun 1920, terjadi lagi pemogokan besar-besaran di kalangan buruh industri cetak yang melibatkan SI Semarang. Pemogokan ini berhasil memaksa majikan untuk menaikkan upah buruh sebesar 20 persen dan uang makan 10 persen.
Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaoen mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. Sikap dan prinsip komunisme yang dianut Semaoen membuat renggang hubungannya dengan anggota SI lainnya. Pada 23 Mei 1920, Semaoen mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dan Semaoen sebagai ketuanya.
Pada bulan Mei 1921, ketika Partai Komunis Indonesia didirikan setelah pendiri ISDV dideportasi, Semaun menjadi ketua pertama
Disalin dari https://id.wikipedia.org/wiki/Semaun
SEMAOEN [Bag.1]: SIANG DI PABRIK, MALAM DI MASJID
Di usia 18 tahun, ia memimpin koran paling radikal di Semarang. Setahun kemudian, jelang usia 20 tahun, ia satu dari tiga kepala yang memimpin pemogokan buruh se-Jawa. Sekaligus, menulis brosur Penuntun Kaum Buruh yang menuntunnya ke penjara pada usia 20.
SEMAOEN: DEMONSTRAN SEKALIGUS PENULIS ROMAN, JURNALIS YANG JUGA ROMANTIS
Buku Penoentoen Kaum Buruh – Semaoen (unduh)
Novel Hikayat Kadiroen (unduh)

Semaoen, SI Merah dan Kampung Gendong
Semaoen, Pelakon Di Zaman Bergerak! – Rudi Hartono
Semaoen : “Dewan Rakyat Cuma Komedi Omong Kosong” – Petrik Matanasi
Buku Dibawah Lentera Merah – Soe Hok Gie (unduh)

baca sebagian buku yang ditulis Soewarsono
Berbareng bergerak: Sepenggal Riwayat dan Pemikiran Semaoen

simak juga